Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Mari kita baca dan ambil ilmunya.Insya Allah bermanfaat...
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنً۬ا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَـٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَـٰمً۬ا
سُوۡرَةُ الفُرقان ٦٣
" Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang yang berjalan di atas bumi dengan RENDAH HATI dan apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan "
(Al Furqaan: 63)
Tawadhu', berendah hati adalah awal terbentuknya cinta dan silaturakhim. Sikap ini muncul atas kesadaran diri,betapa sebagai makhluk Allah, seorang Muslim terbatas dalam banyak hal, termasuk juga ilmu pengetahuan. Allah lah Al Ilm, Al Haq, sementara produk akal fikiran manusia hanyalah dzon, dugaan, rekaan, hipotesis belaka. Allah lah sumber kebenaran, sedang dari manusia datang kesalahan.
Maka dalam titik pandang ini adalah tidak pantas uzub, sombong bagi seorang Muslim ketika berjalan di muka bumi ini. Tak ada hujjah bagi seorang manusia untuk berlagak di hadapan Allah. Karena dia hanyalah makhluk, hanya kreasi hasil cipta Sang Khalik yang sarat dengan kelemahan, kealfaan dan keterikatan terhadap hawa nafsu. Dia hanyalah turunan Adam yang tercipta dari tanah dan air. Sedang malaikat yang tercipta dari nur sekalipun mensujudkan diri di hadapan Allah Rabbul Izzati. Dia hanyalah makhluk yang hidup hanya karena rizki,
pertolongan Allah, dan kasih-sayangNya.
Tanpa ini semua manusia akan musnah dan binasa.
Sifat Tawadhu' ini muncul dari kefahaman, bahwa sebagai seorang Muslim, belumlah tentu ia lebih baik dari saudaranya yang lain. Bisa jadi saudaranya yang lain malah lebih mulia di mata Allah ketimbang dirinya. Karena Allah lah Hakim Agung Yang Maha Tahu.
Akhlaq ini muncul dari proses panjang penyerapan ilmu yang haq, pemahaman mendalam hakekat jalan hidup Rabbani dan semangat yang terus merekah untuk membumikan nilai-nilai "langit".
Dia muncul dari kematangan jiwa, tempaan tarbiyah, keuletan takwiniyah
(pembinaan), dan kemampuan penuh menundukkan ego dan hawa nafsu.
Maka, dalam semangat dien ini, tawadlu' adalah pertanda kefahaman akan hahekat dienullah dan bukan kebodohan, ia pertanda keluasan ilmu dan bukan kesempitan hawa nafsu, dia lambang kedalaman aqidah dan bukan ketakutan kronis terhadap kekuasaan. Maka tawadlu' adalah buah manis keimanan. Yang demikian manis sehingga bersamanya setiap Muslim merendahkan diri terhadap aturan Allah, terikat dan mengikatkan diri pada jalan hidup yang dituntunkan Allah kepadanya, di dalamnya pengakuan betapa syamil dan kamilnya (sempurna dan terpadunya) al islam diikrarkan, dalam tuntunannya amaliah dan harokah dipersembah-
kan. Karena seorang Muslim sejati memahami tawadhu' bukanlah sifat yang lemah, tetapi kemuliaan, sifat dari hamba-hamba Allah yang baik, sifat dari hamba-hamba Allah pilihan.
Maka bila matahari keimanan bersinar dan tawadhu' mewujud
dalam akhlaq islami, maka pancarannya adalah keterikatan hati
sesama muslim, saling mema'afkan atas kesalahan, rasa kasih-
sayang dan cinta. Bahkan sekalipun orang-orang jahil (bodoh)
menyapa mereka, mereka akan membalas sapaan itu dengan lemah-
lembut dan dengan ucapan-ucapan yang mengandung keselamatan.
Apabila orang-orang jahil mendebatnya maka mereka akan mendebat
dengan cara yang baik. Karena kejahilan hanya sirna dengan ke-
benaran, dan kebenaran makin bersinar dengan tawadhu'.
Inilah dienullah yang mengagumkan, yang memancarkan keren-
dahan hati penganutnya, yang memancarkan kasih-sayang dan izzah
(kebanggaan). Agama yang lurus, agama yang diridhai Allah,
agama yang mengantarkan keselamatan dunia dan akhirat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Carta Nasyid IKIM.fm 2018: Minggu 10
6 tahun yang lalu