Indonesia and Malaysia,Peace Love......"semua muslim adalah saudara"


INDONESIA - MALAYSIA, BERSATULAH.......!

KARENA ALLAH TELAH MENYATUKAN KALIAN DENGAN IKATAN AQIDAH TINGGALKANLAH SERUAN - SERUAN JAHILIYAH DAN KEMBALILAH KALIAN KEPADA ISLAM DALAM NAUNGAN KHILAFAH ISLAMIYAH

Ibnu Ishaq berkata, "Syas bin Qais -orang tua yang sangat kafir- berjalan melewati beberapa shahabat Rasulullah SAW dari Al-Aus dan Al-Khazraj dalam satu majelis yang menyatukan mereka. Syas bin Qais jengkel melihat keakraban mereka, persatuan mereka, kebaikan hati mereka dengan Islam setelah sebelumnya bermusuhan pada masa jahiliyah. kemudian Syas bin Qais menyuruh pemuda Yahudi untuk menyusup dan berbaur dalam sebuah pertemuan dengan shahabat-shahabat Rasulullah SAW, serta menyuruh mengungkit Perang Bu'ats (perang yang terjadi antara Al-Aus dan Al-Khazraj yang dimenangkan Al-Aus) dan melantunkan syair-syair yang pernah mereka ucapkan dahulu.

Pemuda Yahudi tersebut melaksanakan perintah Syas bin Qais. Dalam pertemuan tersebut kaum Muslimin berbicara hingga mereka bertengkar dan membanggakan dirinya atas orang lain. Bahkan, dua orang dari Al-Aus dan Al-Khazraj meloncat keatas hewan kendaraannya. mereka adalah Aus bin Qadhi (dari Al-Aus) dan Jabbar bin Shakr (dari Al-Khazraj). keduanya berkata secara bergantian, kemudian salah seorang dari keduanya berkata kepada yang satunya, "jika kalian mau kami kembalikan anak Unta itu sekarang juga!" kedua belah pihak naik darah, mereka berkata , "ya, kami lakukan itu dan kita ketemu lagi di siang hari, senjata dengan senjata!". Kemudian Hal tersebut didengar oleh Rasulullah SAW, kemudian Beliau berangkat menemui mereka ditempat yang telah mereka sepakati dan ditemani beberapa shahabat dari kalangan Muhajirin. tiba ditempat mereka Rasulullah bersabda: "Wahai seluruh kaum Muslimin, ingatlah kalian kepada Allah, kenapa kalian mengikuti SLOGAN JAHILIYAH? padahal aku ada ditengah-tengah kalian, dan sebelumnya Allah telah memberi petunjuk kalian kepada Islam, memuliakan kalian dengan Islam, memutus segala kejahiliyahan dari kalian, menyelamatkan kalian dari kekafiran, dan MENYATUKAN HATI KALIAN!" kaum Muslimin dari Al-Aus dan Al-Khazraj sadar bahwa SLOGAN JAHILIYAH adalah TIPU DAYA SYETAN, dan SALAH SATU MAKAR DARI MUSUH ALLAH kepada mereka. Merekapun menangis dan setiap orang-orang dari Al-Aus dan Al-Khazraj saling merangkul dan berpelukan. Setelah itu mereka pulang bersama Rasulullah SAW dengan taat dan patuh kepada Beliau SAW. Sungguh Allah telah memadamkan dari mereka salah satu makar musuh Allah, kemudian Allah menurunkan FirmanNya: "Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?".Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?". Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.(TQS Ali Imran: 98-99)" (Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam, Bab 102, hal 519).



Wahai Kaum Muslimin!



Sungguh Allah dan Rasulnya sangat membenci permusuhan, diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian saling membenci, saling dengki, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba Allah yang besaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari," (HR Bukhari [6065] dan Muslim [2559]). Dan setiap muslim adalah saudara bagi satu dengan yang lainnya, Rasulullah bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya)." (HR. Muslim), dan campakkanlah ashobiyah dari hati kalian dengan tegas Rasulullah bersabda: "Bukan termasuk golonganku yang menyeru kepada Ashobiyyah (kelompok/suku/bangsa), berjuang untuk Ashobiyyah dan mati diatas Ashobiyyah" ( HR.MUSLIM )



konflik yang terjadi antara dua negeri muslim (Indonesia-Malaysia) hanyalah rekayasa kaum kuffar untuk memecah belah kaum Muslimin, dengan menancapkan paham Nasionalisme (kepentingan bangsa diatas kepentigan lain, bahkan diatas kepentingan Dien yang Mulia ini yaitu Islam) kedalam hati kalian, mereka menciptakan garis batas khayal (berupa batas teritorial yang berdaulat) yang menyebabkan kalian tidak akan pernah bersatu, sungguh ikatan Nasionalisme adalah ikatan yang lemah, yang dengan ini kalian tidak akan pernah bangkit dari keterpurukan, ikatan ini hanyalah ikatan yang dibangun berdasarkan nafsu keegoisan kalian demi mempertahankan eksistensi kailan!



sadarlah wahai kaum muslimin sesungguhnya kaum kuffar sedang tertawa melihat kondisi kalian seperti ini, mereka tertawa melihat umat Islam terpecah belah, dan ingatlah peringatan Rasulullah tentang penyakit WAHN yang Allah tancapkan kedalam hati kalian bahwa Beliau SAW bersabda: "Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kalian bagaikan orang-orang kelaparan mengerumuni hidangan mereka. seorang shahabat bertanya : Apakah karena jumlah kami sedikit waktu itu ? Beliau bersabda : Tidak, bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kalian seperti buih dilautan. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuh kalian terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hati kalian penyakit wahn. seorang shahabat bertanya : Wahai Rasulullah, apakah wahn itu ? Beliau bersabda : Mencintai dunia dan takut mati.(Shahih. HR.Abu Dawud [2/102], Imam Ar-Ruyani [25/134/2], Ahmad [5/287])"



Maka, Demi Allah,. saat ini kaum kuffar sedang menajajah negeri-negeri kalian wahai kaum muslimin, mereka mengambil potensi sumber daya alam kalian, mereka sudah tidak lagi gentar kepada kalian, karena rasa takut mereka sudah dicabut Allah dari dalam hati mereka. Padahal pada mulanya Allah menjanjikan kepada kalian dalam firmanNya:



سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُواْ الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُواْ بِاللّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَان



"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu."(TQS. Ali Imran: 151)



Akan tetapi kekhususan tersebut dibatasi oleh sabda Rasulullah SAW yang menyatakan : Allah akan mencabut rasa takut musuh-musuh kalian terhadap kalian.



Wahai Ummatul Qur'an, Ummat Muhammad!



Janganlah kalian percaya kepada orang-orang kafir, sesungguhnya mereka menghalangi kalian dari jalan Allah, sesungguhnya mereka menjadikan kalian kafir setelah kalian beriman kepada Allah, Allah SWT berfirman:



ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوَاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقاً مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَن يَعْتَصِم بِاللّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ



"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikanmu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.(TQS> Ali-Imran: 100-101)"



Sesungguhnya kekuatan umat Islam bukanlah pada jumlah dan perbekalannya, bukan juga pada tentara dan logistiknya, akan tetapi kekuatan kalian terletak pada IMAN dan AQIDAH kalian, yaitu AQIDAH ISLAMIYAH, Allah SWT berfirman:



كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِا



"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (TQS Ali- Imran: 110)



hanya dengan ikatan AQIDAH ISLAMIYAH kalian dapat bersatu dan menjadi umat terbaik dengan memgang teguh agama Allah, sebagaimana Rasulullah mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin, dan mereka memegang teguh Al-Qur'an dan as Sunnah, Allah SWT berfirman:



"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karuniaNya kamu bersaudara; sedangkan ketika itu kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (TQS Ali Imran: 102-105).



HADITS-HADITS LAIN TENTANG LARANGAN ASHOBIYAH

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Kami berperang bersama Rasulullah saw, kaum muhajirin berkumpul bersama Rasulullah saw. sehingga mereka banyak. Dalam rombongan muhajirin ada seorang lelaki yang suka berkelakar. Ia memukul pantat seorang anshar. Maka marah besarlah orang anshar itu sehingga keduanya saling memanggil temannya. Si anshar berteriak, 'Hai orang-orang anshar!' Sedang si muhajirin berseru, 'Hai orang-orang muhajirin!' Maka Rasulullah saw. pun keluar dan berkata, 'Mengapa harus ada seruan ahli Jahiliyah? Kemudian Rasulullah saw. bertanya, 'Ada apa gerangan dengan mereka?' lalu diceritakan kepada beliau tentang seorang muhajirin yang memukul pantat seorang anshar. Maka Rasulullah saw. bersabda, 'Tinggalkanlah seruan Jahiliyah itu karena ia amat buruk'!" (HR Bukhari [3518]).

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kamu berbangga-bangga diri ala jahiliyah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang. Sesungguhnya diantara kalian ada yang mukmin lagi bertakwa dan ada yang fasik lagi celaka, kalian adalah anak keturunan Adam dan Adam diciptakan dari tanah. Hendaklah mereka meninggalkan kebiasaan membangga-banggakan golongan. Karena mereka hanyalah bara dari bara-bara api neraka atau mereka akan menjadi lebih hina dari pada seekor serangga yang mendorong kotoran dengan hidungnya," (Hasan, Abu Dawud [5116]).

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Barangsiapa berbangga-bangga dengan slogan-slogan jahiliyah, maka suruhlah ia menggigit kemaluan ayahnya dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadapnya," (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [963]).



KARENA ALLAH TELAH MENYATUKAN KALIAN DENGAN IKATAN AQIDAH TINGGALKANLAH SERUAN - SERUAN JAHILIYAH DAN KEMBALILAH KALIAN KEPADA ISLAM DALAM NAUNGAN KHILAFAH ISLAMIYAH

Ibnu Ishaq berkata, "Syas bin Qais -orang tua yang sangat kafir- berjalan melewati beberapa shahabat Rasulullah SAW dari Al-Aus dan Al-Khazraj dalam satu majelis yang menyatukan mereka. Syas bin Qais jengkel melihat keakraban mereka, persatuan mereka, kebaikan hati mereka dengan Islam setelah sebelumnya bermusuhan pada masa jahiliyah. kemudian Syas bin Qais menyuruh pemuda Yahudi untuk menyusup dan berbaur dalam sebuah pertemuan dengan shahabat-shahabat Rasulullah SAW, serta menyuruh mengungkit Perang Bu'ats (perang yang terjadi antara Al-Aus dan Al-Khazraj yang dimenangkan Al-Aus) dan melantunkan syair-syair yang pernah mereka ucapkan dahulu.

Pemuda Yahudi tersebut melaksanakan perintah Syas bin Qais. Dalam pertemuan tersebut kaum Muslimin berbicara hingga mereka bertengkar dan membanggakan dirinya atas orang lain. Bahkan, dua orang dari Al-Aus dan Al-Khazraj meloncat keatas hewan kendaraannya. mereka adalah Aus bin Qadhi (dari Al-Aus) dan Jabbar bin Shakr (dari Al-Khazraj). keduanya berkata secara bergantian, kemudian salah seorang dari keduanya berkata kepada yang satunya, "jika kalian mau kami kembalikan anak Unta itu sekarang juga!" kedua belah pihak naik darah, mereka berkata , "ya, kami lakukan itu dan kita ketemu lagi di siang hari, senjata dengan senjata!". Kemudian Hal tersebut didengar oleh Rasulullah SAW, kemudian Beliau berangkat menemui mereka ditempat yang telah mereka sepakati dan ditemani beberapa shahabat dari kalangan Muhajirin. tiba ditempat mereka Rasulullah bersabda: "Wahai seluruh kaum Muslimin, ingatlah kalian kepada Allah, kenapa kalian mengikuti SLOGAN JAHILIYAH? padahal aku ada ditengah-tengah kalian, dan sebelumnya Allah telah memberi petunjuk kalian kepada Islam, memuliakan kalian dengan Islam, memutus segala kejahiliyahan dari kalian, menyelamatkan kalian dari kekafiran, dan MENYATUKAN HATI KALIAN!" kaum Muslimin dari Al-Aus dan Al-Khazraj sadar bahwa SLOGAN JAHILIYAH adalah TIPU DAYA SYETAN, dan SALAH SATU MAKAR DARI MUSUH ALLAH kepada mereka. Merekapun menangis dan setiap orang-orang dari Al-Aus dan Al-Khazraj saling merangkul dan berpelukan. Setelah itu mereka pulang bersama Rasulullah SAW dengan taat dan patuh kepada Beliau SAW. Sungguh Allah telah memadamkan dari mereka salah satu makar musuh Allah, kemudian Allah menurunkan FirmanNya: "Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?".Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?". Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.(TQS Ali Imran: 98-99)" (Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam, Bab 102, hal 519).



Wahai Kaum Muslimin!



Sungguh Allah dan Rasulnya sangat membenci permusuhan, diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian saling membenci, saling dengki, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba Allah yang besaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari," (HR Bukhari [6065] dan Muslim [2559]). Dan setiap muslim adalah saudara bagi satu dengan yang lainnya, Rasulullah bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya)." (HR. Muslim), dan campakkanlah ashobiyah dari hati kalian dengan tegas Rasulullah bersabda: "Bukan termasuk golonganku yang menyeru kepada Ashobiyyah (kelompok/suku/bangsa), berjuang untuk Ashobiyyah dan mati diatas Ashobiyyah" ( HR.MUSLIM )



konflik yang terjadi antara dua negeri muslim (Indonesia-Malaysia) hanyalah rekayasa kaum kuffar untuk memecah belah kaum Muslimin, dengan menancapkan paham Nasionalisme (kepentingan bangsa diatas kepentigan lain, bahkan diatas kepentingan Dien yang Mulia ini yaitu Islam) kedalam hati kalian, mereka menciptakan garis batas khayal (berupa batas teritorial yang berdaulat) yang menyebabkan kalian tidak akan pernah bersatu, sungguh ikatan Nasionalisme adalah ikatan yang lemah, yang dengan ini kalian tidak akan pernah bangkit dari keterpurukan, ikatan ini hanyalah ikatan yang dibangun berdasarkan nafsu keegoisan kalian demi mempertahankan eksistensi kailan!



sadarlah wahai kaum muslimin sesungguhnya kaum kuffar sedang tertawa melihat kondisi kalian seperti ini, mereka tertawa melihat umat Islam terpecah belah, dan ingatlah peringatan Rasulullah tentang penyakit WAHN yang Allah tancapkan kedalam hati kalian bahwa Beliau SAW bersabda: "Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kalian bagaikan orang-orang kelaparan mengerumuni hidangan mereka. seorang shahabat bertanya : Apakah karena jumlah kami sedikit waktu itu ? Beliau bersabda : Tidak, bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kalian seperti buih dilautan. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuh kalian terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hati kalian penyakit wahn. seorang shahabat bertanya : Wahai Rasulullah, apakah wahn itu ? Beliau bersabda : Mencintai dunia dan takut mati.(Shahih. HR.Abu Dawud [2/102], Imam Ar-Ruyani [25/134/2], Ahmad [5/287])"



Maka, Demi Allah,. saat ini kaum kuffar sedang menajajah negeri-negeri kalian wahai kaum muslimin, mereka mengambil potensi sumber daya alam kalian, mereka sudah tidak lagi gentar kepada kalian, karena rasa takut mereka sudah dicabut Allah dari dalam hati mereka. Padahal pada mulanya Allah menjanjikan kepada kalian dalam firmanNya:



سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُواْ الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُواْ بِاللّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَان



"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu."(TQS. Ali Imran: 151)



Akan tetapi kekhususan tersebut dibatasi oleh sabda Rasulullah SAW yang menyatakan : Allah akan mencabut rasa takut musuh-musuh kalian terhadap kalian.



Wahai Ummatul Qur'an, Ummat Muhammad!



Janganlah kalian percaya kepada orang-orang kafir, sesungguhnya mereka menghalangi kalian dari jalan Allah, sesungguhnya mereka menjadikan kalian kafir setelah kalian beriman kepada Allah, Allah SWT berfirman:



ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوَاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقاً مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَن يَعْتَصِم بِاللّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ



"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikanmu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.(TQS> Ali-Imran: 100-101)"



Sesungguhnya kekuatan umat Islam bukanlah pada jumlah dan perbekalannya, bukan juga pada tentara dan logistiknya, akan tetapi kekuatan kalian terletak pada IMAN dan AQIDAH kalian, yaitu AQIDAH ISLAMIYAH, Allah SWT berfirman:



كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِا



"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (TQS Ali- Imran: 110)



hanya dengan ikatan AQIDAH ISLAMIYAH kalian dapat bersatu dan menjadi umat terbaik dengan memgang teguh agama Allah, sebagaimana Rasulullah mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin, dan mereka memegang teguh Al-Qur'an dan as Sunnah, Allah SWT berfirman:



"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karuniaNya kamu bersaudara; sedangkan ketika itu kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (TQS Ali Imran: 102-105).



HADITS-HADITS LAIN TENTANG LARANGAN ASHOBIYAH

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Kami berperang bersama Rasulullah saw, kaum muhajirin berkumpul bersama Rasulullah saw. sehingga mereka banyak. Dalam rombongan muhajirin ada seorang lelaki yang suka berkelakar. Ia memukul pantat seorang anshar. Maka marah besarlah orang anshar itu sehingga keduanya saling memanggil temannya. Si anshar berteriak, 'Hai orang-orang anshar!' Sedang si muhajirin berseru, 'Hai orang-orang muhajirin!' Maka Rasulullah saw. pun keluar dan berkata, 'Mengapa harus ada seruan ahli Jahiliyah? Kemudian Rasulullah saw. bertanya, 'Ada apa gerangan dengan mereka?' lalu diceritakan kepada beliau tentang seorang muhajirin yang memukul pantat seorang anshar. Maka Rasulullah saw. bersabda, 'Tinggalkanlah seruan Jahiliyah itu karena ia amat buruk'!" (HR Bukhari [3518]).

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kamu berbangga-bangga diri ala jahiliyah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang. Sesungguhnya diantara kalian ada yang mukmin lagi bertakwa dan ada yang fasik lagi celaka, kalian adalah anak keturunan Adam dan Adam diciptakan dari tanah. Hendaklah mereka meninggalkan kebiasaan membangga-banggakan golongan. Karena mereka hanyalah bara dari bara-bara api neraka atau mereka akan menjadi lebih hina dari pada seekor serangga yang mendorong kotoran dengan hidungnya," (Hasan, Abu Dawud [5116]).

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Barangsiapa berbangga-bangga dengan slogan-slogan jahiliyah, maka suruhlah ia menggigit kemaluan ayahnya dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadapnya," (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [963]).

Category: 2 komentar

Tahukah kamu,Apa LAILATUL QADAR itu?


LAILATUL QADAR ?apakah lailatul qadar itu?kapan ianya berlaku?mungkin dr sebagian sahabat dah banyak yg mengetahuinya tp mungkin juga masih ada sahabat yang tidak mengetahuinya.saya akan menyampaikan sedikit penjelasan tentang "LAILATUL QADAR",tanda2 malam lailatul qadar & Amalan2 yg hrs dilakukan.maka bagi yg blm mengetahuinya,mari baca......!bagi yg dah mengetahuinya,boleh baca juga.supaya tambah lagi pengetahuannya.InsyaAllah tak ada ruginya membaca ni.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

إِنَّآ أَنزَلۡنَـٰهُ فِى لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ (١) وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ (٢) لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٌ۬ مِّنۡ أَلۡفِ شَہۡرٍ۬ (٣) تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيہَا بِإِذۡنِ رَبِّہِم مِّن كُلِّ أَمۡرٍ۬ (٤) سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ (٥)



1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur`an) pada malam kemuliaan.

2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.

5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

(QS. Al-Qadr (97): 1-5)



Sebagian besar ulama tafsir (Seperti Ibnu Jarir Ath Thabari (Tafsir Ath Thobari, 30/312), Ibnu Katsir (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/441), As Suyuthi (Ad Durr Al Mantsur, 8/567), As Sa’di (Taisir Al Karim Ar Rahman, 2/1184), dan yang lain-lainnya).

Adapun Al Qurthubi, beliau berpendapat bahwa Surat Al Qadar adalah Madaniyah (Lihat Al Jami’ Li Ahkami Al Qur`an, 20/120) berpendapat, surat Al Qadr adalah Makkiyah (yang diturunkan sebelum hijrah).

Adapun penamaan surat ini dengan Al Qadar, karena surat ini menerangkan keutamaan dan tingginya kedudukan Al Qur`an, yang juga diturunkan pada malam yang sangat mulia. Dan dinamakan Lailatul Qadr, karena kedudukannya yang begitu agung dan mulia di sisi Allah.



[1]. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan. (QS. Al-Qadar (97): 1)

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…”. (QS. Al-Baqarah (2): 185)



[2]. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (QS. Al-Qadar (97) :2)

Malam kemuliaan, dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadar. Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Qur`an. (Lihat Al Qur`an dan terjemahnya).



[3]. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. Al-Qadar (97): 3)

Ada sejumlah hadits-hadits yang berkaitan dengan ayat ini, di antaranya ialah:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Tatkala tiba bulan Ramadhan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang pada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah memerintahkan kalian untuk berpuasa padanya. Pada bulan itu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup, dan setan-setan diikat. Pada bulan itu terdapat Lailatul Qadr. Barangsiapa yang terhalang dari kemuliaan (keutamaannya), sungguh dia telah terhalang”. (HR An Nasa-i (4/129), Ahmad (2/230,385 & 425).Hadits ini dishahihkan Al Albani di dalam Shahih Al Jami’ (no.55), Shahih Sunan An Nasa-i, Shahih At Targhib Wa At Tarhib (1/ ), Tamam Al Minnah (hlm.395))



Ath Thabari dan Ibnu Katsir berkata (Tafsir Ath Thabari (30/314) dan Tafsir Al Qur`an Al Azhim (8/443)). : Sufyan Ats Tsauri berkata: “Telah sampai kepadaku perkataan Mujahid, ia berkata,’Amalan, puasa, dan shalat pada malam itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan (seseorang melakukan ibadah)’.”



Adapun maksud para ulama tafsir, bahwa ibadah pada malam Lailatul Qadar lebih utama dari ibadah selama seribu bulan, yaitu (seribu bulan) yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadar.

Syaikh Al Albani berkata: “Dan di antara masa, ada yang telah Allah jadikan seluruh amalan baik padanya lebih utama (dari waktu-waktu selainnya), seperti pada sepuluh Dzulhijjah dan malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu seluruh amalan pada malam itu lebih utama (baik) dari amalan selama seribu bulan tanpa Lailatul Qadar di dalamnya”.(Ats Tsamru Al Mustathab (2/576))



[4]. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat ar-Ruuh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (QS. Al-Qadar (97): 4)


Sebagian besar ulama menafsirkan ‘Ar-Ruuh’ adalah Jibril, dan sebagian yang lain menafsirkan dengan jenis malaikat lainnya (Lihat Tafsir Ath Thabari (30/315), Tafsir Al Qur`an Al Azhim (8/444), Ad Durr Al Mantsur (8/569), Al Jami’ Li Ahkamil Qur`an (20/123-124)).

Al Qurthubi juga membawakan beberapa penafsiran ulama lainnya. Di antara mereka ada yang menafsirkan dengan bala tentara Allah yang bukan malaikat, ada pula yang menafsirkan dengan makhluk besar, dan ada pula yang menafsirkan dengan rahmat yang turun bersama Jibril. Wallahu a’lam.



Dan firman Allah (yang artinya) “dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur segala urusan”, maksudnya ialah, mereka (para malaikat) turun dengan idzin Rabb mereka, dengan segala sesuatu yang telah Allah tentukan pada tahun itu, dari masalah rezeki, ajal, dan perkara lainnya. (Lihat Tafsir Ath Thabari (30/315), Al Jami’ Li Ahkamil Qur`an (20/124), dan Al Qurthubi berkata, bahwa ini adalah perkataan Ibnu Abbas)



[5]. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadar (97):5)

Maksudnya ialah, pada malam Lailatu Qadar penuh dengan kebaikan dan keberkahan seluruhnya, selamat dari segala kejahatan dan keburukan apapun, setan-setan tidak mampu berbuat kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi harinya. (Demikian ini adalah perkataan sebagian besar ulama, seperti Mujahid, Nafi’, Qatadah, Ibnu Zaid, Abdurrahman bin Abi Laila, dan lain-lainnya).

Adapun menurut Asy Sya’bi, dia berpendapat, pada malam itu para malaikat memberikan ucapan salam kepada para penghuni masjid-masjid (yang beribadah di dalamnya) sampai terbit fajar (Lihat Tafsir Ath Thabari (30/315), Al Jami’ Li Ahkamil Qur`an (20/124), Tafsir Al Qur`an Al Azhim (8/444), Ad Durr Al Mantsur (8/568), dan Taisir Al Karim Ar Rahman (2/1185)).


TANDA TANDA LAILATUL QADR


Tanda-tanda Lailatul Qadr telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam beberapa riwayat berikut :

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang (tanda-tanda) Lailatul Qadr: “Malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan (tidak terik)" (HR. Bukhari).

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku pernah diperlihatkan (bermimpi) Lailatul Qadr. Kemudian aku dibuat lupa, dan malam itu pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin" (HR. Muslim, dari Jabir bin Abdillah ra).


"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadr (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,” dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu" (HR. Abu Dawud, dari Ubadah bin ash-Shamit ra)


KEUTAMAAN LAILATUL QADAR & AMALAN-AMALAN YANG UTAMA DIKERJAKAN PADA MALAM ITU


Adapun keutamaan Lailatul Qadar, maka cukuplah bagi kita firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah diterangkan di atas.

”Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. (QS Al Qadar (97): 3-4).


1. Melakukan I’tikaf.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:Sesungguhnya Nabi melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelahnya (HR. Tirmidzi).

Hadits lain dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, yang kesungguhannya tidak seperti pada waktu-waktu lainnya" (HR. Ibnu Majah).

Ada juga hadits lainnya dari Aisyah, ia berkata:

"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila memasuki sepuluh malam terakhir, (beliau) mengikat sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan istri-istrinya (untuk shalat malam)" (HR. Ahmad).


2. Memperbanyak Doa.

Ibnu Katsir berkata: "Dan sangat dianjurkan (disunnahkan) memperbanyak doa pada setiap waktu, terlebih lagi di bulan Ramadhan, dan terutama pada sepuluh malam terakhir, di malam-malam ganjilnya" (Tafsir Al Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, tahqiq Abdur Razzaq Al Mahdi, Dar Al Kitab Al ‘Arabi, cet II th 1421 H/1999 M).

Doa yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah:Sesuai dengan hadits Aisyah berikut ini:"Aku (Aisyah) bertanya: “Wahai, Rasulullah. Seandainya aku bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, doa apa yang aku katakan?” Beliau menjawab: “Katakan: Ya, Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf. Maka, maafkan aku" (Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Sami bin Muhammad AS Salamah, Dar Ath Thayyibah, cet I th 1422 H/2002 M 11).


3. Menghidupkan Malam Lailatul Qadar Dengan Melakukan Shalat Atau Ibadah Lainnya.

Sebagaimana hadits Abu Hurairah, beliau berkata:"Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (Tafsir Karim Ar Rahman fi Tafsiri Kalami Al Mannan, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, tahqiq Abdurrahman bin Mu’alla Al Luwaihiq, Dar As Salam, cet I th 1422 H/2001 M 12).

Demikian tafsir surat Al Qadar, yang secara khusus membawa pesan mulia. Yaitu menghidupkan suatu malam yang penuh berkah.

Akhirnya, penulis mengajak kepada segenap pembaca yang mudah-mudahan senantiasa dimuliakan Allah, agar selalu bertaqwa kepada-Nya, kapanpun dan di manapun kita berada. Marilah kita selalu berdoa dan meminta kepadaNya, memohon taufiq dan hidayah-Nya agar kita diberi kemudahan dalam ketaatan kepada-Nya, diberi kesempatan untuk dapat menuai pahala dari-Nya dengan berpuasa dan qiyamul lail dan melakukan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan ini, sehingga kita keluar dari bulan yang penuh berkah ini dengan penuh keimanan, takut, berharap dan cinta hanya kepadaNya semata. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing dan memberikan kita kekuatan untuk tetap tsabat dan istiqamah di atas jalan-Nya yang lurus, jalan orang-orang yang diridhai dan diberikan kenikmatan oleh-Nya sampai kita bertemu dengan-Nya nanti. Amin.

Wallahu'alam Bishshawwab...
Billahi Taufiq wal Hidayah

Semoga Bermanfaat



Note:

Sumber:Di ringkas dari majalah As-Sunnah Edisi 07-08/Tahun IX/1426/2005M, tulisan Ustadz Arief B bin Usman Rozali & saya tambah coretan2 sedikit.....


Nuzulul Qur'an sebagai Peringatan dan Pelajaran


Pada bulan Ramadhan banyak umat Islam yang menggelar acara peringatan Nuzulul Qur'an. Untuk itu perlu kiranya kali ini menyoroti masalah Nuzulul Qur'an, hukum memperingatinya dan fungsi utama diturunkannya Al-Qur'an.

Syekh Shafiyur Rahman Al-Mubarakfuriy (penulis Sirah Nabawiyah) menyatakan bahwa para ahli sejarah banyak berbeda pendapat tentang kapan waktu pertama kali diturunkannya Al-Qur'an, pada bulan apa dan tanggal berapa, paling tidak ada tiga pendapat :

Pertama: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an itu ada pada bulan Rabiul Awwal,

Kedua: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an itu pada bulan Rajab,

Ketiga: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an itu pada bulan Ramadhan.

Yang berpendapat pada bulan Rabiul Awwal pecah menjadi tiga, ada yang mengatakan awal Rabiul Awwal, ada yang mengatakan tanggal 8 Rabiul Awwal dan ada pula yang mengatakan tanggal 18 Rabiul Awwal (yang terakhir ini diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallaahu anhu).

Kemudian yang berpendapat pada bulan Rajab terpecah menjadi dua. Ada yang mengatakan tanggal 17 dan ada yang mengatakan tanggal 27 Rajab (hal ini diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu -lihat Mukhtashar Siratir Rasul, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najdy, hal. 75-).
Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam Fathul Bari berkata bahwa: Imam Al-Baihaqi telah mengisahkan bahwa masa wahyu mimpi adalah 6 (enam) bulan.

Maka berdasarkan kisah ini permulaan kenabian dimulai dengan mimpi shalihah (yang benar) yang terjadi pada bulan kelahirannya yaitu bulan Rabiul Awwal ketika usia beliau genap 40 tahun. Kemudian permulaan wahyu yaqzhah (dalam keadaan terjaga) dimulai pada bulan Ramadhan.

Sesungguhnya kita menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an ada pada bulan Ramadhan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya, "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an" (Al-Baqarah: 185).
Dan Allah berfirman, artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan" (Al-Qadr :1).

Seperti yang telah kita maklumi bahwa Lailatul Qadr itu ada pada bulan Ramadhan yaitu malam yang dimaksudkan dalam firman Allah yang artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan" (Ad-Dukhaan: 3).

Dan karena menyepinya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di gua Hira' adalah pada bulan Ramadhan, dan kejadian turunnya Jibril as adalah di dalam gua Hira'.
Jadi Nuzulul Qur'an ada pada bulan Ramadhan, pada hari Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Hal ini sangat kuat karena Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab: "Di dalamya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku" (HR. Muslim).

Dalam sebuah lafadz dikatakan "Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku"(HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al-Hakim).

Akan tetapi pendapat ketiga inipun pecah menjadi lima, ada yang mengatakan tanggal 7 (hari Senin), ada yang mengatakan tanggal 14 (hari Senin), ada yang mengatakan tanggal 17 (hari Kamis), ada yang mengatakan tanggal 21 (hari Senin) dan ada yang mengatakan tanggal 24 (hari Kamis).

Pendapat "17 Ramadhan" diriwayatkan dari sahabat Al-Bara' bin Azib dan dipilih oleh Ibnu Ishaq, kemudian oleh Ustadz Muhammad Huzhari Bik.

Pendapat "21 Ramadhan" dipilih oleh Syekh Al-Mubarakfuriy, karena Lailatul Qadr ada pada malam ganjil, sedangkan hari Senin pada tahun itu adalah tanggal 7, 14, 21 dan 28.

Sedangkan pendapat "24 Ramadhan" diriwayatkan dari Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo' , dan dipilih oleh Ibnu Hajar Al-Haitamiy, ia mengatakan: "Ini sangat kuat dari segi riwayat".

Karena itu memperingati peristiwa turunnya Al-Qur'an pertama kali tidaklah penting, sebab di samping hal itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi'in, Al-Qur'an diturunkan tidaklah untuk diperingati tetapi untuk memperingatkan kita.

Peristiwa Nuzulul Qur'an bukanlah diharapkan agar dijadikan sebagai hari raya oleh umat ini, yang dirayakan setiap tahun, karena Islam bukanlah agama perayaan sebagaimana halnya agama-agama lain."

Islam tidak memerlukan polesan, tidak perlu dibungkus dengan perayaan-perayaan yang membuat orang-orang tertarik kepadanya. Karena itu pesta hari raya tahunan di dalam Islam hanya ada dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Jadi turunnya Al-Qur'an bukan untuk diperingati setiap tahunnya, melainkan untuk memperingatkan kita setiap saat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan, artinya: "Alif Lam Mim Shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman" (Al-A'raaf: 1-2). Bukan Cara Salafus Shalih
Memperingati peristiwa turunnya Al-Qur'an bukanlah cara orang-orang shaleh yang muttaqin. Akan tetapi jejak ulama-ulama salaf adalah membaca Al-Qur'an, membaca dan membaca lagi. Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi" (Faathir: 29).

Apalagi di bulan Ramadhan, bulan Al-Qur'an ini, Umar radhiallaahu anhu berkata: "Seandainya kita bersih, tentu akan merasa kenyang dari kalam Allah. Sesungguhnya aku amat tidak suka manakala datang sebuah hari sementara aku tidak membaca Al-Qur'an."
Karena itu beliau tidak meninggal dunia sehingga mushafnya sobek karena seringnya dibaca. Dan ketika menjadi imam pada shalat shubuh beliau sering membaca surat Yusuf yang terdiri dari 111 ayat tertulis dalam 13 halaman, yang berarti satu sepertiga juz.

Hal ini tidak mengherankan karena khalifah kedua Umar bin Khatthab radhiallaahu anhu ketika memimpin shalat shubuh juga selalu membaca surat-surat yang bilangan ayatnya lebih dari 100 ayat seperti surat Al Kahfi (11 halaman), surat Maryam (7 halaman) dan surat Thaha (10 halaman).

Begitulah generasi Qur'ani sangat mencintai Al-Qur'an. Mereka tidak pernah merayakan peristiwa Nuzulul Qur'an tetapi shalatnya membaca ratusan ayat, sementara kita sebaliknya.

Shalat tarawih di jaman salaf rata-rata membutuh-kan waktu 5 jam, dan kadang-kadang semalam suntuk, yang berarti setiap satu rakaat tarawih (dari sebelas rakaat) membutuhkan waktu 40 menit. Bahkan para sahabat banyak yang shalat sambil bersandar dengan tongkat karena terlalu lamanya berdiri.

Mengkhususkan Membaca Al-Qur'an
Para tabi'in dan tabi'ittabi'in, karena begitu memahami arti dari Ramadhan, bulan Al-Qur'an, dan begitu kuatnya dalam mencintai Al-Qur'an, maka bila bulan Ramadhan tiba mereka mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur'an seperti yang dilakukan oleh Imam Az-Zuhri dan Sufyan Ats-Tsauri. Sehingga dalam satu bulan khatam Al-Qur'an berpuluh puluh kali. Imam Qatadah umpamanya, di luar Ramadhan khatam setiap tujuh hari, di dalam Ramadhan khatam setiap tiga hari, dan di sepuluh hari terakhir khatam setiap hari. Sementara Imam Syafi'i di luar Ramadhan setiap hari khatam sekali, dan di dalam Ramadhan setiap hari khatam dua kali. Itu semua di luar shalat.

Begitulah ulama Ahlus Sunah tidak pernah merayakan Nuzulul Qur'an, namun setiap hari khatam Al-Qur'an, ada yang sekali dan ada yang dua kali. Sementara kita sebulan Ramadhan jika khatam sekali saja maka sudah puas dan gembira. Itupun bisa dihitung dengan jari.

Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah selama di dalam penjara, dari tanggal 7 Sya'ban 726 H sampai wafatnya 22 Dzulqa'dah 728 H, selama 2 tahun 4 bulan beliau telah mengkhatamkan Al-Qur'an bersama saudaranya Syeikh Zainuddin Ibnu Taimiyah sebanyak 80 kali khatam, yang berarti rata-rata setiap 10 hari khatam satu kali. Semoga Allah merahmati kita bersama mereka dan semoga kita bisa meneladani Rasulullah n, dan para sahabatnya, dan para ulama salaf dalam mencintai Al-Qur'an dan di dalam tata cara ibadah lainnya. Amin.

Penulis: (Abu Hamzah As-Sanuwi)



Category:

=> Obat Penyakit Riya' <=

Bila diketahui bahwa riya' itu dapat menggugurkan pahala amal sekaligus merusaknya dan mendatangkan kemurkaan Allah, maka harus ada usaha yang serius untuk mengenyahkannya. Mengobati penyakit riya' terdiri dari ilmu dan amal. Rasanya memang pahit, tetapi hasilnya lebih manis daripada madu.

Obat tersebut adalah :

a. Mengetahui Macam-Macam Tauhid Yang Mengandung Kebesaran Allah Ta'ala (Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah Dan Asma' Wa Shifat).

Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan serta bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa dan Yang mengatur segala sesuatu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُ‌ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
سُوۡرَةُ الاٴعرَاف :٥٤

"Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam". (QS. al-A’raaf : 54)

Tauhid Uluhiyah, artinya, mengesakan Allah l melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala apabila hal itu disyari’atkan olehNya, seperti berdoa, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (minta pertolongan), isthighatsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karenaNya. Dan tidak boleh ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah. (QS. al-Jiin : 18).

Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada syirkun akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya. (Lihat QS. an Nisaa` : 48, 116)

Tauhid Asma ‘ Wa Shifat, maksudnya adalah menetapkan apa-apa yang Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diriNya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikanNya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat di dalam al Qur`an dan as Sunnah dan tidak boleh dita’wil. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya. Dan Dia-lah Yang Maha mendengar lagi Maha melihat". (QS. asy-Syuura’: 11).

Mempelajari Tauhid Asma` wa Shifat akan membersihkan hati yang lemah. Apabila seorang hamba mengetahui bahwa Allah saja yang dapat memberikan manfaat dan mudharat, maka ia akan menghilangkan rasa takut kepada manusia. Setan memang selalu menghiasi ibadahnya di hadapan mereka dan menjadikannya takut dicela dan ingin disanjung. Demikian pula apabila ia mengetahui bahwa Allah as Sami' (Maha Mendengar) dan al Bashir (Maha Melihat), Dia mengetahui mata yang khianat yang tersembunyi di dalam dada, maka ia akan mencampakkan semua pandangan manusia. Dia akan taat kepada Allah seolah-olah ia melihatNya, Allah pasti akan melihatnya. Dengan demikian riya' ini akan lenyap dari dirinya.


b. Mengetahui Apa Yang Allah Sediakan Di Akhirat Berupa Kenikmatan Yang Abadi Dan Adzab Yang Pedih.

Allah SWT berfirman :

"Katakanlah : “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Rabb kamu itu adalah Rabb Yang Maha Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia megerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya". (QS. al Kahfi : 110).

Apabila seorang hamba memahami apa yang Allah sediakan bagi orang yang bertakwa dari surga, maka dia akan meremehkan kelezatan dunia yang sementara ini. Termasuk di dalamnya pujian dan sanjungan manusia. Dan apabila seorang hamba mengetahui apa yang Allah sediakan bagi orang yang berlaku riya’ di neraka, maka ia akan berlindung kepada Allah dan tidak takut celaan manusia. Orang yang ia perlihatkan amalnya, tidak akan mampu menolong sesuatu yang datang dari Allah pada hari Kiamat.


c. Hendaklah Takut Terhadap Perbuatan Riya’

Bila seseorang merasa takut dengan perbuatan ini, ia akan selalu berhati-hati. Bila bergejolak penyakit ingin dipuji dan disanjung, ia akan mengingatkan dirinya tentang bahaya riya' dan kemurkaan Allah yang akan ia peroleh. Hendaklah ia senantiasa mempelajari pintu masuk serta halusnya riya' , sehingga ia benar-benar selamat darinya.


d. Menjauhkan Diri Dari Celaan Dan Murka Allah.

Di antara sebab-sebab riya' adalah takut terhadap celaan manusia. Tetapi orang yang berakal akan mengetahui, bahwa takut terhadap celaan atau murka Allah adalah lebih utama. Hendaklah ia mengetahui, bahwa takut terhadap celaan Allah adalah dengan mendekatkan diri kepadaNya. Allah akan melindunginya dari manusia yang tidak dapat memberikan manfaat kepadanya.


e. Memahami Kedudukan Sebagai Hamba Allah.

Hendaklah seseorang mengetahui secara yakin, bahwa dirinya seorang hamba yang tidak berhak menuntut upah dalam beribadah kepada Allah. Dia mentauhidkan Allah karena merupakan tuntutan ibadah, sehingga ia tidak berhak menuntut hak. Adapun pahala yang ia peroleh dari Allah adalah merupakan perbuatan ihsan (baik) kepadaNya. Maka, ia hanya berharap pahala dari Allah, bukan dari manusia. Yang berhak memberikan pahala hanya Allah. Karena itu, seorang hamba wajib beribadah semata-mata karena Allah.


f. Mengetahui Hal-Hal Yang Dapat Membuat Setan Lari.

Setan adalah musuh manusia.
Dia merupakan sumber riya’, bibit dari setiap bencana. Setan selalu ada pada setiap waktu, dalam semua kehidupan manusia, dan senantiasa mengirimkan pasukannya untuk menghancurkan benteng pertahanan manusia. Dia menghasung pasukannya yang terdiri dari pasukan berkuda dan berjalan kaki. Dia selalu memberikan angan-angan, menjanjikan segala sesuatu. Namun sebenarnya apa yang dijanjikan setan, semuanya hanyalah tipuan belaka. Dia menghiasi perbuatan yang mungkar sehingga menjadi seolah-olah perbuatan baik. Hakikat ini harus diketahui oleh setiap muslim, agar ia selamat dari riya'. Dia juga harus menjaga beberapa hal yang dapat mengalahkan setan.

Ada beberapa amalan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang apabila diamalkan, maka setan akan lari. Di antaranya adalah dzikir kepada Allah dengan dzikir yang disyariatkan, membaca al Qur`an, membaca isti‘adzah (berlindung dari godaan setan yang terkutuk), membaca bismillah ketika masuk dan keluar rumah, membaca doa ketika masuk dan keluar WC, membaca doa ketika bersetubuh. Setan juga lari ketika mendengar seruan adzan, dibacakan surat al Baqarah, ayat Kursi, sujud tilawah, dibacakan surat al Falaq, an Naas dan lain-lain.


g. Menyembunyikan amal

Orang yang berbuat ikhlas akan senantiasa takut pada riya'.
Oleh karena itu ia akan bersungguh-sungguh melawan tipu daya manusia dan memalingkan padangan mereka agar tidak memperhatikan amal-amal shalihnya. Dia akan berupaya keras meyembunyikan amalnya, dengan harapan, supaya ikhlas amalnya, dan agar Allah membalas pada hari Kiamat dengan keikhlasannya. Memang pada awalnya berat, tetapi jika sabar, Allah pasti akan menolongnya.
Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang takwa, yang selalu merasa cukup dan yang merahasiakan (ibadahnya)". (HR Muslim dan al Baghawi dari Sa'ad bin Abi Waqash)


h. Tidak Peduli Dengan Celaan Dan Pujian Manusia.

Banyak orang binasa karena takut celaan manusia, senang dipuji, hingga tindak- tanduknya menuruti keridhaan manusia, mengharapkan pujian dan takut terhadap celaan mereka. Padahal yang seharusnya diperhatikan adalah, hendaknya kita bergembira dengan keutamaan dan rahmat dari Allah, bukan dengan pujian manusia.

Allah SWT berfirman :

"Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus : 58).

Demikian pula kita harus melihat orang yang mencela dan memfitnah kita. Apabila ia benar dan memang untuk menasihati kita, maka kita tidak perlu marah. Karena dia telah menunjuki aib kita dan mengingatkan kita dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Seandainya ia berbohong kepada kita dan mengada-ada terhadap kesalahan tersebut dan mencelanya, maka kita harus memikirkan tiga perkara:

1. Jika kita bersih dari kesalahan itu, maka kita tidak lepas dari aib atau kesalahan yang lain. Karena sesungguhnya manusia banyak berbuat salah dan banyak sekali aib kita yang Allah tutupi. Ingatlah nikmat Allah, karena si pencela tidak mengetahui aib yang lain dan tolaklah dengan cara yang baik.

2. Sesungguhnya membuat-buat berita untuk mencela kita dan memfitnah, semua ini adalah penghapus dosa kita, jika kita sabar dan mengharapkan pahala dari Allah.

3. Orang yang mencela dan memfitnah kita akan mendapat kemurkaan dari Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, Kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata" (QS. an-Nisaa` : 112).

Kita harus berusaha untuk memaafkannya, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala cinta kepada orang-orang yang suka memaafkan. Seorang muslim harus ingat, bahwa tidak ada artinya pujian manusia, bila hal itu menimbulkan kemurkaan Allah. Pujian mereka tidak pula membuat kaya dan berumur panjang. Begitu pula celaan mereka ketika kita meninggalkan sesuatu. Celaan mereka tidak membuat kita berada dalam bahaya dan tidak pula memendekkan umur kita, serta tidak menangguhkan rezeki. Semua manusia adalah lemah, tidak berkuasa terhadap manfaat dan mudharat dirinya, tidak berkuasa terhadap hidup dan matinya serta tempat kembalinya. Jika ia menyadari hal itu, tentu dia akan melepaskan kesenangannya pada riya'. Lalu menghadap kepada Allah dengan hatinya. Sesungguhnya orang-orang yang berakal tidak menyukai apa-apa yang berbahaya bagi dirinya dan yang sedikit manfaatnya.


i. Rasulullah SAW Mengajarkan Kepada Kita Do’a Yang Dapat Menghilangkan Syirik Besar Dan Kecil (Riya’).

Dari Abu Ali, seorang yang berasal dari Bani Kahil, berkata: Abu Musa al Asy'ari berkhutbah di hadapan kami seraya berkata: “Wahai sekalian manusia. Takutlah kalian kepada syirik ini, karena ia lebih halus daripada rayapan semut”. Kemudian Abdullah bin Hazan dan Qais bin al Mudlarib mendatangi Abu Musa seraya berkata: “Demi Allah, engkau harus menguraikan apa yang engkau katakan atau kami akan mendatangi Umar, baik kami diizinkan atau tidak,” lalu Abu Musa berkata: “Kalau begitu, aku akan menguraikan apa yang aku katakan. Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan kami seraya bersabda: ‘Wahai sekalian manusia, takutlah pada syirik ini, karena ia lebih halus daripada rayapan semut’. Kemudian orang yang dikehendaki Allah bertanya kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam : ‘Bagaimana kami bisa menghindarinya, sedangkan ia lebih halus dari rayapan semut, ya Rasulullah?’ Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,’Ucapkanlah:

"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari mempersekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampunan kepadaMu dari apa yang kami tidak ketahui".
(HR Ahmad dan ath-Thabrani)

j. Berteman Dengan Orang Ikhlas, Shalih Dan Bertakwa.

Di antara faktor yang dapat mendorong berbuat ikhlas ialah berteman dengan orang-orang yang ikhlas, agar kita dapat mengikuti jejak dan tingkah laku mereka yang baik. Dan kita harus waspada kepada orang-orang yang riya', yang akan membawa kepada kebinasaan.

Demikianlah, semoga catatan ini dan catatan-catatan sebelumnya tentang penyakit hati RIYA' ini dapat bermanfaat dan kita senantiasa terhindar dari Bahaya Laten Penyakit Hati yang sangat berbahaya ini... Amiin...

Billahi taufiq wal hidayah...

---^^^---^^^---

SUMBER:
Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun IX/1426H/2005M
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Semoga Bermanfaat...


Category:

Tawadhu'


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mari kita baca dan ambil ilmunya.Insya Allah bermanfaat...

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنً۬ا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَـٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَـٰمً۬ا
سُوۡرَةُ الفُرقان ٦٣
" Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang yang berjalan di atas bumi dengan RENDAH HATI dan apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan "
(Al Furqaan: 63)

Tawadhu', berendah hati adalah awal terbentuknya cinta dan silaturakhim. Sikap ini muncul atas kesadaran diri,betapa sebagai makhluk Allah, seorang Muslim terbatas dalam banyak hal, termasuk juga ilmu pengetahuan. Allah lah Al Ilm, Al Haq, sementara produk akal fikiran manusia hanyalah dzon, dugaan, rekaan, hipotesis belaka. Allah lah sumber kebenaran, sedang dari manusia datang kesalahan.

Maka dalam titik pandang ini adalah tidak pantas uzub, sombong bagi seorang Muslim ketika berjalan di muka bumi ini. Tak ada hujjah bagi seorang manusia untuk berlagak di hadapan Allah. Karena dia hanyalah makhluk, hanya kreasi hasil cipta Sang Khalik yang sarat dengan kelemahan, kealfaan dan keterikatan terhadap hawa nafsu. Dia hanyalah turunan Adam yang tercipta dari tanah dan air. Sedang malaikat yang tercipta dari nur sekalipun mensujudkan diri di hadapan Allah Rabbul Izzati. Dia hanyalah makhluk yang hidup hanya karena rizki,
pertolongan Allah, dan kasih-sayangNya.
Tanpa ini semua manusia akan musnah dan binasa.

Sifat Tawadhu' ini muncul dari kefahaman, bahwa sebagai seorang Muslim, belumlah tentu ia lebih baik dari saudaranya yang lain. Bisa jadi saudaranya yang lain malah lebih mulia di mata Allah ketimbang dirinya. Karena Allah lah Hakim Agung Yang Maha Tahu.

Akhlaq ini muncul dari proses panjang penyerapan ilmu yang haq, pemahaman mendalam hakekat jalan hidup Rabbani dan semangat yang terus merekah untuk membumikan nilai-nilai "langit".
Dia muncul dari kematangan jiwa, tempaan tarbiyah, keuletan takwiniyah
(pembinaan), dan kemampuan penuh menundukkan ego dan hawa nafsu.

Maka, dalam semangat dien ini, tawadlu' adalah pertanda kefahaman akan hahekat dienullah dan bukan kebodohan, ia pertanda keluasan ilmu dan bukan kesempitan hawa nafsu, dia lambang kedalaman aqidah dan bukan ketakutan kronis terhadap kekuasaan. Maka tawadlu' adalah buah manis keimanan. Yang demikian manis sehingga bersamanya setiap Muslim merendahkan diri terhadap aturan Allah, terikat dan mengikatkan diri pada jalan hidup yang dituntunkan Allah kepadanya, di dalamnya pengakuan betapa syamil dan kamilnya (sempurna dan terpadunya) al islam diikrarkan, dalam tuntunannya amaliah dan harokah dipersembah-
kan. Karena seorang Muslim sejati memahami tawadhu' bukanlah sifat yang lemah, tetapi kemuliaan, sifat dari hamba-hamba Allah yang baik, sifat dari hamba-hamba Allah pilihan.

Maka bila matahari keimanan bersinar dan tawadhu' mewujud
dalam akhlaq islami, maka pancarannya adalah keterikatan hati
sesama muslim, saling mema'afkan atas kesalahan, rasa kasih-
sayang dan cinta. Bahkan sekalipun orang-orang jahil (bodoh)
menyapa mereka, mereka akan membalas sapaan itu dengan lemah-
lembut dan dengan ucapan-ucapan yang mengandung keselamatan.
Apabila orang-orang jahil mendebatnya maka mereka akan mendebat
dengan cara yang baik. Karena kejahilan hanya sirna dengan ke-
benaran, dan kebenaran makin bersinar dengan tawadhu'.

Inilah dienullah yang mengagumkan, yang memancarkan keren-
dahan hati penganutnya, yang memancarkan kasih-sayang dan izzah
(kebanggaan). Agama yang lurus, agama yang diridhai Allah,
agama yang mengantarkan keselamatan dunia dan akhirat.


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh




Category:

" Mutiara kata "



" Assalamu 'alaikum wr wb,saya mau sampaikan sedikit mutiara kata teruntuk sahabat-sahabat semua.marilah kita baca betul-betul,Insya Alloh bermanfaat buat saya sendiri dan para sahabat semua "

=> Tiada keindahan dalam sebuah kehidupan tanpa merasai kepahitan dan tiada bunga-
bunga kebahagiaan dalam sebuah kepahitan tanpa menyemai benih-benih kesabaran serta
tiada keberkatan pada sebuah kenikmatan jika tiada keikhlasan dan kesyukuran yang
bertapak di jiwa insan

=> Tiada pelita di dunia ini yang dapat menerangi kehidupan di dunia dan di akhirat kecuali
pelita hati yang disinari CAHAYA KEIMANAN

=> Jika hidup kamu dalam kekosongan, dampingilah keESAan TUHAN,nescaya kamu akan
beroleh ketenangan jua kedamaian

=> Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam di atas batu hitam dimalam yang amat
kelam. ianya wujud, tapi amat sukar dilihat.
Jangan tertipu dengan terangnya bulan,
kerana disebalik terang itu banyak kegelapannya............

=> Cintaku kepada Tuhan kerana aku ciptaannya.....cintaku terhadap seseorang itu adalah
perasaan yang diciptakanNya



Category:

Ramadhan


1. Barangsiapa berbuat kebajikan dengan kerelaan hati, lebih baik baginya.

Karena keutamaan-keutamaan di atas, maka Allah mewajibkan kaum muslimin (untuk melakukan ibadah) puasa Ramadhan, karena puasa memutuskan jiwa dari syahwatnya dan menghalangi dari apa yang biasa dilakukan. (Puasa Ramadhan) termasuk perkara yang paling sulit, karena itu kewajibannya-pun diundur sampai tahun kedua hijriyah, setelah hati kaum muslimin kokoh dalam bertauhid dan dalam mengagungkan syiar-syiar Allah, maka Allah membimbing mereka untuk melakukan puasa dengan bertahap.

Pada awalnya mereka diberikan pilihan untuk berbuka atau puasa serta diberi semangat untuk puasa, karena puasa masih terasa berat bagi para shahabat -semoga Allah meridhai mereka semuanya-. Barangsiapa yang ingin berbuka kemudian membayar fidyah diperbolehkan, Allah berfirman (yang artinya) : “Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya” [Al-Baqarah : 184].

2. Barangsiapa yang Mendapatkan Bulan Ramadhan, Hendaknya Berpuasa

Kemudian turunlah kelanjutan ayat tersebut yang menghapuskan hukum di atas, hal ini dikhabarkan oleh dua orang sahabat yang mulia : Abdullah bin Umar dan Salamah bin Al-Akwa’ Radhiyallahu anhuma, keduanya berkata : “Kemudian dihapus oleh ayat :
(yang artinya) : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” [1] [Al-Baqarah : 185]

Dan dari Ibnu Abi Laila, dia berkata : “Sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kami : ‘Ketika turun kewajiban puasa Ramadhan terasa memberatkan mereka (para sahabat), maka barangsiapa yang tidak mampu diperbolehkan meninggalkan puasa dan memberi makan seorang miskin sebagai keringanan bagi mereka, kemudian hukum ini dihapus oleh ayat : “Berpuasa itu labih baik bagi kalian”, akhirnya mereka disuruh berpuasa”. [Juga diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam Al-Mustakhraj sebagaimana dalam Taghliqut Ta'liq 3/185 dari jalan yang ketiga dengan sanad yang hasan juga].

Sejak itu jadilah puasa salah satu simpanan Islam dan menjadi salah satu rukun agama berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(yang artinya) : “Islam dibangun atas lima perkara : Syahadat an la ilaha illallah wa anna Muhamamad rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan naik haji ke Baitul Haram serta puasa Ramadhan” [Diriwayatkan oleh Bukhari 1/47, Muslim 16 dari Ibnu Umar]

Footnote :
[1] Hadits dari Ibnu Umar dikeluarkan oleh Bukhari 4/188, dan hadits dari Salamah dikeluarkan oleh Bukhari 8/181, Muslim 1145. Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq (8/181 -Fath), dimausulkan oleh Baihaqi dalam Sunan 4/200, sanadnya Hasan.
Diriwayatkan pula -dengan lafadz yang hampir sama namun panjang- oleh Abu Daud no. 507 dari jalan lain dengan sanad yang Hasan sebagai syawahid.

(Judul Asli : Shifat shaum an Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Penerbit Al Maktabah Al islamiyyah cet. Ke 5 th 1416 H. Edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh terbitan Pustaka Al-Mubarok (PMR), penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H)

Silahkan menyalin & memperbanyak artikel ini dengan mencantumkan url sumbernya.
Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=301

Category:
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...