<> Selamat Tahun Baru Islam 1432H <>


Hari ini,1 muharram 1432H

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH
,

Mari kita berHIJRAH ke jalan yang lebih baik.semangat,harapan & azzam baru,demi mendekatkan diri kepada_Nya

Ketika mentari tenggelam di ujung barat
Ketika hilal yang lembut menyembul

Di sela semburat merah mega senja
Pertanda 1 Muharram telah tiba

Tahun baru telah merekah

Mari ayunkan langkah berhijrah di jalan_NYA
Mencari ridho dan cinta Sang Pencipta

Mengukir asa baru yang lebih indah

Agar diri menjadi insan yang berguna


SELAMAT TAHUN BARU

Semoga ALLAH menjadikan
Hari-hari mendatang lebih baik dari hari kemarin
Menghapus dosa-dosa lama
Menggantinya dengan pahala rahmat


Ya Allah mudahkanlah urusan kami

Ya Allah jadikanlah tahun ini menjadi berkah bagi kami

Teguhkanlah tauhid kami,ya Allah

Sempurnakan iman islam kami

Jadikanlah kami termasuk hambaMU yang ridho terhadap takdir_MU

Jadikanlah amalan kami amalan yang Engkau ridhoi

Amin ya Allah ya robbal aalamin
Semoga Allah mengabulkan do’a pada hari yang cerah ini






<> Diantara Nasehat Terakhir Imam Asy-Syafi'i <>

Imam Asy-Syafi'i berkata:

Bertakwalah engkau kepada Allah SWT
Bayangkan akhirat dalam kalbumu
Jadikanlah kematian berada di pelupuk matamu
Dan janganlah engkau melupakan saat berdiri dihadapan Allah SWT
Jadikanlah (dirimu sebagai) orang yang malu kepada Allah SWT
Jauhilah larangan-larangan-Nya
dan kerjakanlah kewajiban-kewajiban-Nya
Tetaplah konsisten bersama kebenaran dimanapun berada
Sekali-kali janganlah meremehkan kenikmatan yang diberikan Allah SWT untukmu, kendati pun sedikit.


Sambutlah ia dengan rasa syukur.
Hendaklah diammu dalam keadaan berfikir,
ucapanmu berupa dzikir,
dan pandanganmu ditujukan untuk mengambil ibrah (pelajaran).

Maafkanlah orang yang berbuat aniaya kepadamu.
Sambunglah tali (kekerabatan) orang yang memutuskan hubungan darimu.
Bersikaplah dengan baik kepada orang-orang yang berbuat buruk kepadamu.
Bersabarlah terhadap berbagai musibah,
dan mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari neraka dengan bertakwa.




Note:

* Nasihat ini disampaikan oleh Imam Asy-Syafi'i rahimahullah kepada muridnya yang bernama Isma'il bin Yahya al-Muzani saat beliau mendekati ajal.



# Insya Allah #





Everytime you feel like you can't go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can't see which way to go
Don't despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side

Insya Allah3x
Insya Allah you'll find your way


Everytime you can make one more mistake
You feel you can't repent
And that it's way too late
Your are so confused,wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame


Don't despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insya Allah3x
Insya Allah you`ll find your way
Insya Allah3x
Insya Allah you`ll find your way

Turn to Allah
He`s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
Ooooo.....Ya Allah
Guide my steps don`t let me go astray
You`re the only one that showed me the way,
Showed me the way 2x
Insya Allah3x
Insya Allah we`ll find the way



Note:
Munsyid : Maher Zain





<> Hikmah Dari Sapu Lidi <>


Hari menjelang sore. Di sebuah surau, terlihat seorang lelaki tua bersama empat orang anak remaja. "Sekarang Abah mau menerangkan satu hal yang sangat penting dalam hidup kalian," ujar lelaki yang dipanggil Abah oleh anak-anak tersebut. "Apa itu, Abah?" tanya salah seorang anak. "Sebelum menjawabnya, Abah ingin setiap kalian membawa sebuah sapu lidi," jawab Abah. Anak-anak itu terlihat sedikit bingung dengan apa yang dikatakan Abah, tapi akhirnya mereka pun menuruti keinginan Abah.


Masing-masing anak kembali ke rumah untuk mengambil sapu lidi.
"Nah, syukurlah kalian telah memegang sapu lidi," ujar Abah sambil memandangi anak-anak tersebut. "Tugas kalian adalah menyapu halaman masjid ini sebersih mungkin. Udin menyapu bagian depan, Ahmad menyapu bagian kiri, Ali yang bagian kanan, dan Fahri bagian belakang," kata Abah dengan rinci. "Abah beri kalian waktu selama tiga puluh menit untuk menyapu, setiap satu menit kalian harus mencabut sebatang lidi, dan setiap sapu harus terdiri dari tiga puluh batang lidi. Siapa yang paling banyak menyapu dan paling cepat, maka ia akan mendapatkan hadiah". 



Segera saja keempat anak itu mengerjakan apa yang diperintahkan Abah. Dengan tekun dan gesit mereka menyapu halaman sekitar masjid yang cukup luas. Setiap satu menit Abah menepuk tangan sebagai tanda agar keempat muridnya mencabut sebatang lidi. Begitulah proses tersebut berlangsung. Batangan lidi yang berjumlah tiga puluh tersebut, satu demi satu hilang seiiring berlalunya waktu. Pada hitungan ketiga puluh, kumpulan lidi tersebut habis semua.


Setelah itu Abah memeriksa hasil kerja keempat muridnya. Tenyata hasilnya berbeda-beda. Ada yang mampu menyapu seluruh halaman, ada yang hanya setengah, bahkan ada yang hanya sedikit. Abah hanya tersenyum saja. Sejenak kemudian dia memanggil keempat anak tersebut.
"Anak-anakku, Abah lihat kalian sudah menyapu dan hasilnya pun Abah rasa cukup menggembirakan. Halaman masjid menjadi bersih, walaupun Abah melihat bahwa sebagian dari kalian tidak berhasil membersihkan sampah secara keseluruhan," ungkap Abah. Setelah semuanya berkumpul, Abah bercerita kembali, "Ketahuilah anakku, bahwa salah satu harta yang Allah berikan kepada manusia adalah waktu. Ia adalah modal terbesar yang harus kita gunakan sebaik-baiknya. Barangsiapa yang mampu memanfaatkannya secara baik, maka ia akan bahagia hidupnya; tapi barangsiapa menyia-nyiakan waktunya maka ia akan sengsara.


"Abah, apa hubungan antara waktu dengan sapu lidi?"
tanya seorang muridnya. "Itulah yang akan Abah terangkan kepada kalian," kata Abah. Ia pun melanjutkan petuahnya, "Hidup seorang Muslim itu seperti sapu lidi yang kokoh. Setiap hari satu batang lidi gugur, sampai pada satu saat tidak ada lagi lidi yang tersisa. Jadi lidi ini dapat dianalogikan dengan waktu yang membentuk hidup kita. Kalau kita memboroskannya berarti lidi itu hilang tanpa kita sempat menyapu. Karena itu, menyapulah sebanyak dan sesering mungkin sebelum lidi-lidi itu berguguran. Gunakanlah waktu muda kalian untuk berkarya besar, sebelum datangnya waktu tua saat kalian tidak mampu lagi berbuat apa-apa lagi.


Note:
Kisah ini meskipun singkat,tapi Insya Allah kita dapat memahami maksud yang disampaikan & dapat mengambil hikmah dari kisah tersebut.
Semoga bermanfaat untuk kita, salam ukhuwah.......




<> Selamat Hari Raya Idul Adha <>




Selamat Hari Raya Idul Adha 1431H

Idul Adha (Hari Raya Haji/ عيد الأضحى) adalah sebuah hari raya bagi kita semua umat islam di seluruh dunia.Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim alaihi salam, yang bersedia untuk mengorbankan putra kesayangannya yaitu Nabi Ismail alaihi salam untuk Allah SWT.kemudian digantikan oleh-Nya dengan seekor domba.

Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan Sholat Ied bersama-sama di tanah lapang. Setelah sholat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim a.s yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.

Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaa Hari Raya Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari Tasyrik(hari-hari yang di haramkan berpuasa) bagi umat Islam yaitu 11,12 dan 13 Dzulhijjah.Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim.




====================<<<<<>>>>>===========================

Saya mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Adha 1431H"

Dengan segala kerendahan hati, apabila terselip khilaf dalam canda, Tergores luka dalam tawa, Tersinggung rasa dalam tingkah dan bicara, Mari kita perkokoh Ikatan Ukhuwah islamiyah kita di Hari Raya Idul Adha yang penuh Ampunan, Barokah, Rahmad dan hidayah. Mohon dima’afkan Lahir & Batin, Semoga kita tetap bersama dalam 1 Jembatan, 1 Doa, 1 Tujuan dalam menuju Ridho & Maghfiroh Allah SWT

Bila kata merangkai dusta
Bila sikap membekas lara
Bila hati penuh prasangka
Dan bila langkah menoreh luka
Mohon bukakan pintu maaf
Baik lahir maupun batin






* Amalan Dzulhijjah dan Hari Raya Iedul Adha *


Allahu Akbar, Allahu Akbar,Allahu Akbar Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu

Begitulah gema takbir berkumandang sejak Ashar hingga hari ini, itu menandakan besoknya adalah hari raya besar bagi Ummat Muslim sedunia, apalagi bagi yang sedang melaksanakan ibadah haji, hari ini adalah puncak peribadatan Haji di Mekkah setelah kemarin melakukan Wuquf di Arafah.

Hari ini seluruh ummat muslim sedunia merayakan hari raya Iedul Adha.
Sebelum melaksanakan Iedul Adha ada beberapa amalan yang hendaknya senantiasa kita pelihara sebagai amal kebajikan kita setiap tahunnya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rahimahullah, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun“. Imam Ahmad, Rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Artinya : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzul Hijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid “.


Macam-macam Amalan yang Disyariatkan :


1. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah

Amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Artinya : Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga“.

2. Berpuasa terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah)

Disebutkan dalam hadist Qudsi : “Artinya : Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku“.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun“. [Hadits Muttafaq 'Alaih].
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Artinya : Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya“.

3. Takbir dan Dzikir

Sebagaimana firman Allah Ta’ala. “Artinya : …. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ..”. [Al-Hajj : 28].

Berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma. “Artinya : Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid “. [Hadits Riwayat Ahmad].
Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhum keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha’, tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan : “Allahu Akbar, Allahu Akbar,Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu”

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah. “Artinya : Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ..“. [Al-Baqarah : 185].
Disunnahkan untuk masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do’a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain. Diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do’a-do’a lainnya yang disyariatkan.

4. Taubat serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa.

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya. Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya” [Hadits Muttafaq 'Alaihi].

5. Banyak Beramal Shalih.

Berupa ibadah sunnah seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.


6. Disyariatkan pada Hari-hari itu Takbir Muthlaq

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah ; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.


7. Berkurban pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq.

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta’ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu“. [Muttafaq 'Alaihi]

8. Dilarang Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi orang yang hendak Berkurban.

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘Anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya“.
Dalam riwayat lain : “Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban“.
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya.
Firman Allah. “Artinya : ….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…“. [Al-Baqarah : 196].


Larangan ini, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.


9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha dan mendengarkan Khutbahnya.

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.


Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya




SUMBER


# SA'ID BIN AMIR (Tauladan Pemimpin Sederhana dan Bersahaja) #

Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab al-Hilyah (1/245), dari Khalid bin Ma’dan, dia berkata, “Umar bin al-Khathab mengangkat Sa’id bin Amir bin Huzaim sebagai amir kami di Himsh”.

Ketika Umar bertandang ke sana, dia bertanya, “Wahai penduduk Himsh, apa pendapat kalian tentang Sa’id bin Amir, amir kalian?”

Maka banyak orang yang mengadu kepada Umar. Mereka berkata, “Kami mengadukan empat perkara. Yang pertama karena dia selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang”.

Umar berkomentar, “Itu yang paling besar. Lalu apa lagi?”
Mereka menjawab, “Dia tidak mau menemui seseorang jika malam hari”.
“Itu urusan yang cukup besar”, kata Umar. Lalu dia bertanya, “Lalu apa lagi?”
Mereka menjawab, “Sehari dalam satu bulan dia tidak keluar dari rumahnya untuk menemui kami”.
“Itu urusan yang cukup besar”, komentar Umar. Lalu dia bertanya, “Lalu apa lagi?”
Mereka menjawab, “Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia”.

Kemudian Umar bin al-Khaththab mengkonfirmasi antara Sa’id bin Amir dan orang-orang yang mengadukan beberapa masalah tersebut. Saat itu Umar berkata pada dirinya sendiri, “Ya Allah, jangan sampai anggapanku tentang dirinya keliru pada hari ini”. Lalu dia bertanya kepada orang-orang yang mengadu, “Sekarang sampaikan apa yang kalian keluhkan tentang Sa’id bin Amir!”.

“Dia selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang”, kata mereka.
Sa’id menanggapi, “Demi Allah! Sebenarnya aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini kepada kalian. Harap diketahui, keluargaku tidak mempunyai pembantu, sehingga aku sendiri yang harus menggiling adonan roti. Aku duduk sebentar hingga adonan itu menjadi lumat, lalu membuat roti, mengambil wudhu’, baru kemudian aku keluar rumah untuk menemui kalian”.

Umar bertanya kepada mereka, “Apa keluhan kalian yang lain?”.
Mereka menjawab, “Dia tidak mau menemui seorangpun pada malam hari”.
“Lalu apa alibimu?”, tanya Umar kepada Sa’id bin Amir.

Sa’id menjawab, “Sebenarnya aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini. Aku menjadikan siang hari bagi mereka, dan menjadikan malam hari bagi Allah”.


“Apa keluhan kalian yang lain?”, tanya Umar kepada mereka.
Mereka menjawab, “Sehari dalam satu bulan dia tidak mau ke luar rumahnya untuk menemui kami”
“Apa alibimu?”, tanya Umar kepada Sa’id.

Sa’id menjawab, “Aku tidak mempunyai seorang pembantu yang mencuci pakaianku, disamping itu, aku pun tidak mempunyai pakaian pengganti yang lain”. Maksudnya, hari itu dia mencuci pakaian satu-satunya.

“Apa keluhan kalian yang lain?”, tanya Umar kepada mereka.
Mereka menjawab, “Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia”.
“Apa alibimu?”, tanya Umar kepada Sa’id.

Sa’id menjawab, “Dulu aku menyaksikan terbunuhnya Hubaib al-Ansyari di Mekkah. Aku lihat bagaimana orang-orang Quraish mengiris-iris kulit dan daging Hubaib, lalu mereka membawa tubuhnya ke tiang gantungan. Orang-orang Quraish itu bertanya kepada Hubaib, ‘Sukakah engkau jika Muhammad menggantikan dirimu saat ini?’. Hubaib menjawab, ‘Demi Allah! Sekalipun aku berada di tengah keluarga dan anak-anakku, aku tidak ingin Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam terkena duri”. Kemudian dia berseru, ‘Hai Muhammad! Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi pada hari itu’. Sementara saat itu aku yang masih musyrik dan belum beriman kepada Allah Yang Maha Agung, tidak berusaha untuk menolongnya, sehingga aku beranggapan bahwa Allah sama sekali tidak mengampuni dosaku. Karena itulah barangkali keadaanku akhir-akhir ini seperti orang yang akan meninggal dunia”.


Umar bin Khaththab berkata, “Segala puji bagi Allah, karena firasatku tentang dirinya tidak meleset”. Setelah itu Umar memberi Sa’id uang sebesar seribu dinar, seraya berkata, “Pergunakanlah uang ini untuk menunjang tugas-tugasmu”.

Sa’id pulang ke rumahnya. Istri Sa’id sangat gembira atas hadiah dari Umar itu, seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kecukupan kepada kita atas tugas yang engkau emban ini”.

Sa’id bertanya kepada istrinya, “Apakah kau mau yang lebih baik lagi?”.
“Ya”, kata istrinya. Lalu Sa’id berkata, “Uang ini akan kuberikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya daripada kita”.

Lalu Sa’id memanggil seorang anggota keluarganya yang dapat dipercaya, dan dia memasukkan uang ke dalam beberapa bungkusan, seraya berkata, “Bawalah bungkusan ini kepada keluarga janda si Fulan, orang miskin dari keluarga si Fulan, dan kepada orang-orang yang tertimpa musibah. Selebihnya disimpan”.

Istri Sa’id bertanya, “Kenapa sisa uang itu tidak kau gunakan untuk membayar seorang pembantu?”.

Sa’id menjawab, “Sewaktu-waktu tentu akan ada orang yang datang yang lebih membutuhkan uang itu”



Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah…

Saya coba simpulkan beberapa hikmah dari kisah ini:

[1]. Sebagai pemimpin tertinggi, Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu selalu bersedia mendengar keluhan dari rakyat terbawah dan ia bersedia mengkonfirmasi kepada aparatnya terhadap keluhan-keluhan itu. Laporan dan konfirmasi langsung akan meniadakan fitnah dan kebohongan terhadap pelapor maupun yang dilaporkan.

[2]. Sa’id bin Amir adalah pribadi pemimpin yang sederhana, yang mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri (membuat roti, bahkan mencuci pakaiannya sendiri) tanpa bantuan orang lain apalagi dengan memanfaatkan atau menyalahi wewenang kekuasaan yang sedang diembannya.

[3]. Di sela-sela kesibukannya sebagi Amir, Sa’id bin Amir masih dapat meluangkan waktunya untuk berdzikir, bermunajat, dan mengingat Allah ta’ala pada malam-malam harinya.

[4]. Kecintaan Sa’id bin Amir kepada Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasalam membuat ia takut berdosa karena ia tidak membela Nabi, padahal pada saat itu ia masih belum memeluk Islam sebagai agamanya.

[5]. Dalam hal ini, Khalifah Umar bin Khaththab me-reward Sa’id bin Amir dengan uang seribu dinar atas kejujuran dan prestasi kepemimpinannya. Uang hibah tersebut tidaklah digunakan Sa’id untuk kepentingannya pribadi, tapi ia menyumbangkan uang tersebut untuk kepentingan rakyatnya yang lebih membutuhkan uang tersebut. Padahal uang tersebut adalah hadiah dari Khalifah untuk Sa’id sebagai pribadi.

[6]. Khalifah Umar bin Khaththab dan Sa’id bin Amir adalah contoh pemimpin yang tidak alergi terhadap kritik, keluhan, bahkan tudingan dari rakyatnya. Mereka bersedia berdialog, mendengarkan, dan memberi konfirmasi terhadap pertanyaaan-pertanyaan dari rakyatnya secara langsung. Bukannya berdasar laporan-laporan aparat lain sebagai perantara sehingga dimungkinkan terdapat laporan palsu.


Masih adakah tersisa, pribadi-pribadi pemimpin seperti Khalifah Umar bin Khaththab dan Amir Sa’id bin Amir bin Huzaim itu di negeri yang kita cintai ini.......? Semoga saja…............



^ Egois ^

Katamu apa yang kau impikan
Segalanya kan pasti jadi kenyataan
Setiap apa yang kau inginkan
Sekelip mata dalam genggaman
Nadamu berbaur keegoanv
Katamu kau tak perlukan teman
Walaupun sendirian
Walaupun kesunyian
Kau punya segala kelebihan

Bibirmu ketandusan senyuman
Jeling pandangan hanyalah di ekor mata
Atur langkah penuh keangkuhan
Gerak gaya lambang kemegahan
Kau terlupa apa yang kau ada
Segalanya kurniaan yang Esa
Hanya seorang hamba
Yang diuji imannya
Dengan kenikmatan dunia


Bicara hatimu tentang sepi
Sengaja tak pernah kau akui
Bagaikan sang merak
Yang indah bulunya
Namun tidak mampu
Terbang ke angkasa

Andai dibiar keegoan
Meratah hati dan perasaan
Usah kau pertikaikan jiwamu
Mengapa tiada rasa ketenangan
Pernahkah terlintas di minda
Ketika kau kesusahan
Siapakah yang kan hadir menjadi pembantu

Bukan ku sengaja
Mencari silapmu
Engkau ku rasakan
Mampu menjadi sandaran
Sedarlah jasa baktimu diperlukan
Curahkan pada insan yang memerlukan



Note:
Munsyid:Mestica
liriknasyid.com




* Jadilah seperti PENSIL,Nak.....*


Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”

Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,


“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi".


Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.


“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab,

“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”


Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.


* pertama:

Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Dialah Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya”.


* kedua
:
Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.


* ketiga:

Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.


* keempat:

yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.


* kelima:

Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”


<> Dimana Kau Letakkan Dirimu? <>

Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika al-Qur'an hanya dipakai sebagai penghias almari buku
Ketika Firman Tuhan hanya dipajang sebagai kaligrafi hiasan dinding
Ketika Sabda Nabi hanya diumbar sebagai penghias kutbah Jum'at


Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika masjid-masjid megah dan indah menjadi panti jompo rumah kosong sepi penghuni
Ketika suara adzan hanya didengar sebagai ritual pengeras suara dari masjid lima kali sehari
Ketika ayat-ayat suci dinyanyikan dari ribuan radio tape tak bernyawa


Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika orang-orang miskin hanya berupaya menjaga perutnya tanpa ingat pada Pencipta-Nya
Ketika orang-orang kaya hanya mementingkan bisnis dan kantung-kantung uangnya
Ketika para pekerja lebih takut kepada tuannya daripada Tuhannya



Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika para orang tua peduli dan bangga pada kepintaran anaknya daripada keshalihan mereka
Ketika anak-anak menganggap orang tuanya hanya sebagai pelayan dan penyedia kebutuhan hidupnya
Ketika jabat tangan hanya simbol basa-basi tanpa makna, silaturahmi fatamorgana


Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika jihad berwujud ledakan bom yang meluluh-lantakkan nurani kemanusiaan
Ketika demonstran berteriak demi demokrasi, hak asasi, basa-basi terbakar anarki
Ketika semua orang berteriak dan bicara demi kepentingan entah siapa


Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika orang-orang rakus kuasa berebut tahta atas nama rakyat entah yang mana
Ketika para pemimpin berkuasa mengangkang tirani kehilangan nurani
Ketika orang mempertahankan hak yang bukan haknya


Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika aib dan aurat dipertontonkan menjejali setiap mata dan telinga
Ketika hawa nafsu begitu dipuja menjerat hati-hati yang buta
Ketika fitnah menggerayang kepala-kepala nanar penuh dusta


Dimana kau letakkan dirimu?
Ketika tak ada lagi tempat untuk sembunyi
Dimana kau letakkan dirimu?
Dimana kuletakkan diriku?
Ketika aku tidak bisa lagi menghamba...

Astaghfirullah... Astaghfirullah... Astagfirullah..

===============<><><>=================


Ya Allah...
Sesungguhnya aku berlindung dengan keridha'an-Mu dari kemurkaan-Mu
dan dengan keselamatan-Mu dan siksaan-Mu
Aku berlindung kepada-Mu dari ancaman-Mu
Aku tak membatasi untuk memuji-Mu
Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri


Ya Allah...
Berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang Engkau beri petunjuk
Berilah aku perlindungan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi
Uruslah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau urus
Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku
Jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau tetapkan
Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha' (ketetapan)
dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-Mu
Sesungguhnya orang yang Engkau cintai tidak akan hina
dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia

Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami...
dan Engkau Maha Tinggi
Amiin ya Rabbal'alaamiin... ya mujibassaa'iliin...




Note:

Doa bait pertama diriwayatkan oleh Ashabussunan dan Imam Ahmad
Do'a bait kedua diriwayatkan oleh Ashabussunan, ad-Darimi, al-Hakim, dan al-Baihaqi




* Kematian itu Dekat,maka Ingatlah akan Mati *


السلام عليكم ورحمت الله وبركاته

Kematian itu dekat, maka ingatlah akan mati.

Orang yang cerdas dalam kehidupan ini adalah orang yang selalu mengingat mati. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Umar Bin Khattab, ia berkata, “Ya Rasulullah, orang mukmin mana yang paling utama?” Rasulullah SAW menjawab, “Yang terbanyak mengingat kematian diantara mereka dan yang terbaik persiapannya dalam menghadapai kehidupan sesudahnya. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah dan Malik).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an,

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَڪُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَ‌ۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali Imran: 185).


<> Perbedaan Tanda Mati pada Mayat Orang Mukmin dan Kafir.

Ingatlah, kehidupan setelah kematian bukanlah kehidupan yang gampang, demikian juga proses pemindahan dari dunia ke alam kubur. Orang mukmin dan orang kafir akan berbeda tanda-tanda kematiannya. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW:
“Orang mukmin mati dengan keluar keringat di dahinya.” (H.R. Tirmidzi dan Hakim).

Diriwayatkan dari Salman al-Farisi ra., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Perhatikanlah tiga perkara dahi mayat di waktu kematiannya: jika keluar peluh di dahinya, berlinang air matanya, dan melebar kedua lubang hidungnya, maka itu adalah rahmat dari Allah yang turun kepadanya. Jika ia mendengkur seperti unta yang tercekik, pucat warnanya, dan berbusa mulutnya, maka itu adalah siksaan dari Allah SWT yang telah menimpanya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim).


Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jiwa orang mukmin itu keluar seperti keringat, dan jiwa orang kafir dicabut seperti nyawa keledai. Orang mukmin berbuat dosa, lalu dibalas dengan keras pada waktu kematiannya untuk menghapus dosa itu darinya. Orang kafir berbuat kebaikan dan dimudahkan baginya di waktu mati untuk membalasnya.” (HR. Abu Nu’aim).


<> Naza’ dan Sakaratul Maut

Di dalam kematian kita akan menjumpai masa naza’. Naza’ adalah sesuatu yang menyakitkan ruh. Tidak tersisa satu bagian pun dari ruh yang tidak merasakan sakit saat seseorang mengalami masa ini. Selain itu, banyak kesulitan yang dijumpai ketika orang menghadapi kematian, hal inilah yang disebut sakaratul maut.

Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya tentang dahsyatnya sakaratul maut ini.
Artinya: “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, ‘Telah diwahyukan kepada saya’. Padahal, tidak ada diwahyukan sesuatu kepadanya, dan orang yang berkata, ‘Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah’. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim berada dalam keadaan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu,’ dihari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 93).

Kesakitan dan kesulitan ketika menghadapi kematian akan dialami semua orang. Rasulullah SAW pun begitu. “Ketika menjelang wafat,dihadapan Rasulullah SAW ada sebuah wadah berisi air. Beliau berulang kali memasukkan tangannya di dalam air, lalu mengusapkan pada mukanya dan berkata, ‘Laa ilaaha illallaah. Sesungguhnya kematian itu mempunyai sekarat.’ Kemudian, beliau mengangkat kedua tangannya dan berkata, ‘Bersama Rafiqul A’laa, hingga beliau wafat dan miring tangannya.” (HR. Bukhari).

Aisyah ra., istri Rasulullah SAW, mengatakan, “Aku tidak iri terhadap ringannya kematian siapapun setelah kulihat kematian Rasulullah SAW.” (HR. Tirmidzi).

Kisah sulitnya kematian juga dialami oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS, sebagaimana yang disebutkan oleh Muhasibi dalam kitab ar-Ri’ayah yang dikutip oleh Abu Hamid (2003), bahwa Allah SWT berfirman kepada Ibrahim AS. “Hai khalil-Ku, bagaimana engkau merasa kematian?”. Ibrahim menjawab,”Seperti besi yang dipanaskan dan diletakkan pada bulu basah, kemudian ditarik.” Allah berfirman, “Padahal Kami telah meringankan bagimu, ya Ibrahim.”.

Ketika ruh Musa AS menghadap kepada Allah SWT, Allah berfirman kepadanya, “Ya Musa, bagaimana engkau merasakan kematian?”. Musa menjawab, “Kurasakan jiwaku seperti burung pipit hidup yang digoreng diatas kuali, tidak mati hingga bisa beristirahat dan tidak selamat hingga bisa terbang.” Atau dalam riwayat lain, Musa berkata, “Kurasakan jiwaku seperti kambing hidup yang dikuliti oleh tukang jagal.”

Begitulah, siapa saja akan merasakan pedihnya kematian tanpa terkecuali. Semua makhluk ciptaan Allah termasuk iblis, jin, dan malaikat akan mengalami kematian sampai hari Kiamat tiba.


<> Kematian Iblis

Allah memberikan kelonggaran hidup lebih lama kepada iblis/setan dan malaikat. Mereka akan diambil nyawanya ketika kiamat tiba. Peristiwa kematian iblis, seperti dikisahkan dalam kitab Daqaiqul Akhbar yang dikutip ulang oleh Fuad Kauma (1997).

Pada saat hari Kiamat, Malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawa mereka hingga mereka akan merasakan kesakitan yang amat sangat. Dan, pada saat kesakitan itu, Malaikat Izrail berkata, “Hai makhluk yang kotor, pasti akan engkau rasakan sakitnya kematian pada hari ini. Berapa umur yang telah engkau dapatkan? Dan sudah berapa golongan yang engkau sesatkan?”.

Kemudian iblis itu berlari kearah timur, tiba-tiba Izrail sudah ada didekatnya. Kemanapun mereka berlari, Izrail selalu bertemu dengan mereka. Akhirnya iblis berdiri di tengah-tengah dunia di dekat kubur Nabi Adam as, seraya berkata, “Hai Adam, sebab dirimu aku menjadi makhluk yang dilaknat, dirajam, serta ditolak.” Kemudian iblis berkata pada Izrail, “Wahai Malaikat Maut, dengan gelas mana kamu memberi minum aku? Dan dengan siksaan apa kamu mencabut ruhku?”. Izrail menjawab, “Aku akan memberimu minum dengan menggunakan gelas Neraka Ladza dan Neraka Sa’ir.”

Mendengar jawaban itu, iblis jatuh bangun karena ketakutan atas pedihnya siksa itu. Ia lari kesana kemari seperti orang mabuk. Ketika ia tiba disuatu tempat dimana iblis waktu itu diturunkan dan dilaknat, maka Malaikat Zabaniyah benar-benar telah menikam iblis dengan beberapa tombak secara terus-menerus. Pada akhirnya, iblis itu dalam keadaan naza’ dan menghadapi sakaratul maut.”.


<> Renungan :

Orang yang cerdas dalam kehidupan ini adalah orang yang selalu mengingat mati.
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra, ia berkata, “Ya Rasulullah, orang mukmin mana yang paling utama?” Rasulullah SAW menjawab, “Yang terbanyak mengingat kematian diantara mereka dan yang terbaik persiapannya dalam menghadapai kehidupan sesudahnya. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah dan Malik).

Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesnangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali Imran: 185).

Selalu ingatlah kematian itu pasti akan tiba. Gunakan masa hidupmu sebelum tiba kematian. Perbanyak beribadah dan berbuat baik.

Firman Allah SWT,

إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ
"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk." (QS. Hud : 114).

Dan Rasulullah SAW bersabda, "Iringilah perbuatan buruk dgn perbuatan baik, maka niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan perbuatan buruk tersebut." (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Jangan tergoda dengan gemerlap dan kemegahan dunia. Karena sesungguhnya kesenangan dan kenikmatan yang hakiki itu ada pada hidup setelah mati. Manusia kekal didalamnya.

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan suatu yg melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Spt hujan yg tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu mengering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yg keras dan ampunan dari Allah serta keridha'an-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yg menipu." (QS. Al-Hadid : 20)

Dari Abu Hurairah ra., bahwa Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Dari yang 100 rahmat itu yang satu telah diturunkan Allah dikalangan jin, manusia, hewan jinak dan hewan buas. Dengan satu rahmat itu mereka saling mengasihi dan saling menyayangi, serta dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anaknya. Adapun 99 rahmat yang lain ditangguhkan Allah, karena Allah akan memberikan kepada hamba-hamba-Nya (yang baik) pada hari Kiamat". (HR. Muslim)

Coba bayangkan, SATU rahmat saja di dunia tidak akan habis bila ditulis dengan tinta sebanyak air di lautan. Apalagi 99 rahmat. Subhanallah....... Allahu Akbar!

* Sebaik-baik bekal kematian adalah amal shaleh (ibadah wajib dan sunnat yg diperintahkan Allah dan Rasul-Nya). Plus investasi jangka panjang: Sedekah Jariyah, Ilmu yg bermanfaat (diamalkan dan diajarkan hanya mengharap ridha' Allah), dan anak shaleh (yg selalu mendoakan orang tuanya)...*

Jangan tunda untuk beramal, karena kematian akan datang kapan saja.

Wallahu a'lam...


بالله توفق والهدايه....
والسلام عليكم ورحمت الله وبركاته

Semoga Bermanfaat


Sumber: Mubin, Nurul. 2008. Semalam saja di Neraka. DIVA Press. Yogyakarta. (Disarikan dari Bab Masa-masa sulit menghadapi maut, hal. 89-96)



Category: 3 komentar

* Belajarlah Dari Matahari *


Anakku, lihatlah matahari itu
Ia tidak pernah berhenti memberikan cahaya
Sekalipun orang-orang tidak mau memujinya
Tidak pernah memberikan penghargaan kepadanya
Ia tetap memberikan pencahayaan
Bayangkan, apa yang akan dialami bumi
Bila matahari tidak mau bercahaya

Anakku, janganlah kau putus asa
Karena besok pagi matahari itu akan terbit kembali
Songsonglah masa depan dengan semangat membara
Tanpa kenal lelah dan pudar
Karena dengannya kau akan menjadi mulia

Anakku, kau lihat matahari itu sangat tinggi
Tetapi ia masih mau membantu bumi
Karenanya, bila engkau kelak sedang di atas
Janganlah lupa kepada yang di bawah
Sebab kau akan semakin tinggi ketika kau selalu merendah


Anakku, matahari itu tidak lupa diri
Sekalipun ia sibuk memberikan cahaya kepada semesta
Ia juga memberikan cahaya pada dirinya
Karenanya janganlah kau menjadi seperti lilin
Yang rela membakar dirinya untuk pencahayaan
Tetapi jadilah seperti matahari
Yang memberikan cahaya bagi orang lain
Juga memberikan cahaya bagi dirinya sendiri.




Sumber: Dakwatuna.com

* Apakah Kita Sudah Bertakwa? *


Segala puji bagi Allah, Dzat yang paling berhak untuk kita takuti dan tempat kita memohon ampunan. Salawat dan keselamatan semoga terus tercurah kepada teladan terbaik, seorang hamba yang telah diampuni dosa-dosanya namun senantiasa beristighfar dan bertaubat kepada-Nya minimal 70 kali setiap harinya, semoga keselamatan juga terlimpah kepada para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka.

Taqwa merupakan sebab keberuntungan. Allah ta’ala berfirman

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّڪُمۡ تُفۡلِحُونَ
Artinya: “Bertaqwalah kalian kepada Allah, mudah-mudahan kalian beruntung.” (QS. al-Baqarah: 189)
lihat juga QS. Ali Imran: 130 dan 200. Maka barangsiapa yang tidak bertaqwa kepada Allah maka dia tidak menempuh jalan yang akan mengantarkan dirinya menuju keberuntungan.


Hal ini "keberuntungan bagi orang yang bertaqwa" adalah sesuatu yang sangat wajar dan mudah dipahami, karena orang yang bertaqwa akan mendapatkan pertolongan dan pembelaan dari Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحۡسِنُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah senantiasa bersama dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang suka berbuat ihsan/kebaikan.” (QS. an-Nahl: 128).
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Bertaqwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan senantiasa bersama dengan orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Baqarah: 194). Yang dimaksud dengan "kebersamaan Allah" di sini adalah pertolongan dan pembelaan serta taufik dari-Nya, sebuah kebersamaan yang khusus bagi para Rasul dan pengikut setia mereka (lihat Mudzakkirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyah oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, hal. 38, lihat juga Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 90)


Orang paling faqih/paham agama dalam pandangan ulama salaf adalah orang yang paling bertaqwa. Suatu ketika, Sa’ad bin Ibrahim rahimahullah ditanya mengenai siapakah orang yang paling faqih di antara penduduk Madinah? Maka beliau menjawab, “Yaitu orang yang paling bertaqwa di antara mereka.” Sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayim dalam Miftah Dar as-Sa’adah (lihat Ta’liqat Risalah Lathifah oleh Abul Harits at-Ta’muri, hal. 44). Lalu apakah pengertian taqwa? Thalq bin Habib rahimahullah mengatakan, “Taqwa adalah kamu mengerjakan ketaatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah dengan mengharap pahala dari Allah, dan kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah disertai rasa takut akan siksaan dari Allah.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [6/222])



Namun, mewujudkan ketaqwaan tak semudah mengucapkannya. Karena ia membutuhkan ketekunan dan kesabaran serta ketelitian dalam mengoreksi diri dan berjuang untuk memperbaikinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama, “Tidaklah seseorang itu bisa menjadi orang yang bertaqwa sampai dia menjadi orang yang sangat perhitungan terhadap dirinya sendiri melebihi ketelitian seorang pengusaha terhadap rekan usahanya, dan juga sampai dia bisa mengetahui darimanakah pakaiannya (halal atau haram), tempat makan dan minumnya.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilm, oleh Syaikh Abdul Aziz as-Sad-han hafizhahullah, hal. 117).

Oleh sebab itu juga, tidak semestinya seorang larut dengan pujian yang dialamatkan orang lain kepada dirinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama, “Orang yang berakal adalah yang mengenali jati dirinya sendiri dan tidak tertipu oleh pujian orang-orang yang tidak mengerti seluk-beluk -kekurangan- dirinya.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilm, hal. 118). Perhatikanlah apa yang diucapkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu tatkala mendengar orang-orang memuji-muji dirinya. Beliau justru berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau lebih mengetahui diriku daripada aku sendiri, dan aku lebih mengetahui diriku daripada mereka, maka ya Allah jadikanlah aku lebih baik daripada apa yang mereka sangka, dan jangan Engkau hukum aku gara-gara ucapan mereka, dan dengan rahmat-Mu maka ampunilah keburukan yang tidak mereka ketahui -pada diriku-.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilm, hal. 119).

Salah satu cara untuk mengoreksi diri adalah dengan mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang menimpa orang lain, yaitu dengan mencari tahu sebab-sebab yang mengantarkan mereka terjatuh ke dalam kesalahan tersebut (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-’Ilm, hal. 120). Sehingga, orang yang berbahagia adalah yang bisa memetik pelajaran dari kejadian yang menimpa orang lain, bukan justru dia sendiri yang menjadi bahan pelajaran bagi orang-orang di sekelilingnya akibat kekeliruan yang dilakukannya. Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Sesungguhnya orang yang berbahagia itu adalah yang bisa memetik nasehat dari kejadian yang menimpa orang lain.” (al-Fawa’id, hal. 140)

Salah seorang pembesar tabi’in serta tokoh ahli ibadah bernama Mutharrif bin Abdullah bin asy-Syikhkhir rahimahullah berdoa kepada Allah, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu agar jangan sampai ada orang lain yang lebih berbahagia dengan ilmu yang Kau ajarkan kepadaku daripada diriku sendiri, dan aku berlindung kepada-Mu agar jangan sampai aku menjadi bahan pelajaran bagi orang selain diriku.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengomentari doa ini, “Ini adalah termasuk doa yang paling bagus.” (lihat Tsamrat al-’Ilmi al-’Amalu oleh Syaikh Prof. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafizhahullah, hal. 20)

Dari sini, kita bisa mengetahui betapa besar peran muhasabah/introspeksi diri dalam mewujudkan ketaqwaan di dalam diri kita. Tidak mengherankan jika Allah ta’ala menyebutkan kedua perkara ini secara beriringan untuk mengingatkan kita tentang keterkaitan yang erat antara keduanya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang sudah dia persiapkan untuk menyambut hari esok (hari kiamat). Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap segala amalan yang kalian kerjakan.” (QS. al-Hasyr: 18)

Sementara, kita semua tahu bahwasanya pada hari kiamat kelak banyaknya harta dan keturunan tidak akan memberikan manfaat sama sekali, kecuali bagi orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat dari gelapnya syubhat dan kotornya syahwat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari itu -hari kiamat- tidak bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’ara’: 88-89). Maka ketaqwaan yang hakiki adalah ketaqwaan yang berakar dari dalam lubuk hati, bukan sekedar ucapan yang indah dan penampilan yang mengagumkan. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ketaqwaan yang hakiki adalah ketaqwaan dari dalam hati bukan semata-mata ketaqwaan dengan anggota badan.” (al-Fawa’id, hal. 136). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu, barangsiapa yang mengagungkan perintah-perintah Allah, sesungguhnya hal itu lahir dari ketaqwaan di dalam hati.” (QS. al-Hajj: 32). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Tidak akan sampai kepada Allah daging maupun darahnya (kurban), akan tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan dari kalian.” (QS. al-Hajj: 37).

Pertanyaan paling mendasar bagi kita sekarang adalah, “Apakah kita masih memiliki hati?”. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Carilah hatimu pada tiga tempat; ketika mendengarkan bacaan al-Qur’an, pada saat berada di majelis-majelis dzikir/ilmu, dan saat-saat bersendirian. Apabila kamu tidak berhasil menemukannya pada tempat-tempat ini, maka mohonlah kepada Allah untuk mengaruniakan hati kepadamu, karena sesungguhnya kamu sudah tidak memiliki hati -yang hidup- lagi.” (al-Fawa’id, hal. 143). Allahul musta’aan…


Note: Artikel www.muslim.or.id




Category: 0 komentar

<> Khadijah Mengajarkan Cinta Kepada Kita <>


Diriwayatkan dalam sahih Bukhari dengan sanadnya, dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Az Zubair dari Aisyah, ummul mukminin menceritakan hadits tentang pemulaan turunnya wahyu, yaitu ketika Malaikat Jibril turun menemui Muhammad di gua Hira’ dan memintanya membaca ” iqra’ ” tiga kali.

Tiga kali juga Muhammad saw. menjawab“Maa ana biqari’ “, menegaskan bahwa beliau tidak bisa membaca. Kata “maa” merupakan penafian atau pengingkaran bahwa memang beliau tidak sanggup membaca sama sekali. Kemudian Jibril mendekapnya dengan kuat. Peristiwa tiba-tiba itu membuat Muhammad saw. takut dan khawatir terhadap dirinya.

Muhammad saw. segera pulang menemui Khadijah binti Khuwailid ra seraya berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Dengan sigap Khadijah menyelimutinya, perlahan rasa takut mulai menghilang. Setelah merasa tenang, Muhammad saw. menceritakan kejadian yang dialaminya. “Sungguh saya takut terhadap diriku.” pungkas Muhammad saw.

“فقالت خديجة: كلا والله ما يخزيك الله أبدا إنك لتصل الرحم ، وتحمل الكل، وتُكسب المعدوم، وتُقرى الضيف، وتُعين على نوائب الحق”

Dengan sigap dan mantap Khadijah menjawab, “Tidak, sekali-kali tidak, Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau selamanya, karena engkau penyambung silaturahim, membantu yang memerlukan, meringankan orang yang tidak berpunya, memuliakan tamu dan menolong untuk kebenaran.”

****

Yang menarik untuk disebut dari periwayatan ini adalah, bahwa Aisyah istri Rasulullah saw. sangat cemburu dengan Khadijah , namun demikian, Aisyah secara amanah meriwayatkan kisah ini apa adanya, tidak dikurangi sedikit pun. Subhanallah.........!

****

(فدخل على خديجة بنت خويلد)

“Maka Muhammad segera pulang menemui Khadijah di rumahnya”, mengisyaratkan bahwa Muhammad saw. “betah” berkeluarga dengan Khadijah, bahkan beliau mengkhususkan curhat kepadanya atas kejadian yang dialaminya. Padahal Khadijah ra tidak sendirian di rumahnya, Khadijah bersama anak-anaknya bukan anak Muhammad dari hasil pernikahan dengan Khadijah"

Seandainya Muhammad saw. tidak “betah” di rumah Khadijah, pasti beliau tidak akan pulang ke rumah Khadijah di saat dirinya dihantui ketakutan seperti itu.
Muhammad saw. minta diselimuti, ketika rasa takut dalam dirinya lenyap dan rasa khawatir yang menyelimuti jiwanya hilang, Muhammad saw. baru menceritakan apa yang terjadi.


Rasa takut yang demikian hebat mampu menghalangi berpikir jernih dan menghambat berinisiatif secara cepat dan tepat.

(فلما ذهب عن إبراهيم الروع وجاءته البشرى يجادلنا في قوم لوط


“Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) kami tentang kaum Luth.” (Q.S Huud:74)

(
فزملوه حتى ذهب عنه الروع )

Penggunaan huruf ” fa’ ” dalam potongan hadits di atas menunjukkan kesigapan seorang istri, “Maka Khadijah langsung menyelimutinya, sehingga hilanglah rasa takut darinya.”

Muhammad saw. terkenal sebagai seorang yang selalu menjaga kehormatan dan kepribadian dirinya, sehingga tidak mungkin beliau meminta diselimuti, kalau bukan karena kondisi yang menimpa dirinya sedemikian hebat.

Namun, rasa takut dan khawatir yang dialami Muhammad saw. adalah hal yang wajar, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya juga demikian,

“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.” (Huud:70)

“Maka Musa merasa takut dalam hatinya.” (Thaaha:67)

“(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). (Adz Dzariat:28)

Muhammad menceritakan kejadian yang dialaminya setelah beliau benar-benar merasakan ketenangan. Muhammad memilih Khadijah sebagai tempat curhat beliau. Kenapa? Karena Khadijah orang yang paling tahu tentang dirinya, orang yang paling dekat dengannya, Khadijah tahu, bahwa apa yang diceritakan suaminya adalah benar.

Sekaligus Muhammad saw. juga paham bahwa istrinya mampu memberi jalan keluar dari peristiwa yang hadapinya.

Khadijah seorang yang cerdas, mengetahui solusi jitu atas apa yang dialami suaminya, termasuk perihal yang belum pernah terjadi sekalipun.

****

Permulaan turunnya wahyu merupakan tahapan baru bagi kehidupan Muhammad saw. turunnya wahyu dengan tiba-tiba menjadikan diri beliau berubah statusnya. Turunya permulaan wahyu ini sebagai deklarasi tersambungnya kembali antara langit (risalah Ilahiyah) dengan bumi (tugas penyampaian dan sikap optimisme hidup).

Tersambungnya kembali jalinan langit dan bumi, setelah sebelumnya terputus beberapa abad. Inilah proses penguatan jiwa Muhammad saw. sebagai seorang manusia untuk menerima risalah Ilahiyah.

****

Karena itu, Muhammad saw. berkata, “Saya takut terhadap diriku sendiri” rasa takut terhadap apa yang ia lihat dan di dengar itu bagian dari tipu daya jin atau dukun, sebagaimana yang dipaparkan dalam buku-buku sirah tentang ketakutan Muhammad saw. terhadap dirinya.

Khadijah menjawab dengan mantap, karena dilatar belakangi pengenalan panjangnya terhadap pribadi Muhammad saw. sejak menjadi pedagang.

Pengenalan panjang Khadijah sebelum menikah dengan Muhammad, yaitu informasi di dapat dari pembantunya yang bernama Maisaroh (seorang laki-laki) yang menemani Muhammad saw. berdagang ke Syam, di mana Maisaroh melihat awan dengan mata kepala sendiri berjalan menaungi Muhammad saw. di suasana terik matahari. Dalam riwayat lain dua malaikat menaungi Muhammad saw. kemana saja ia berjalan dari terik matahari.

Atau berteduhnya Muhammad saw. di bawah sebuah pohon. Seorang Rahib yang melihat kejadian itu berkomentar, “Tidak ada orang yang berteduh di pohon ini kecuali ia adalah seorang nabi, sebagaimana diterangkan dalam kitab asli kami.” Dan ketika diceritakan ciri-ciri Muhammad, maka itu persis tertulis dalam kitab mereka.

Kisah ini ditulis di banyak buku sirah, seperti sirah Ibnu Ishaq, sirah Ibnu Hisyam, sirah As Suyuthi, sirah As Suhaili dan lain-lain.

****

Makanya, ketika Khadijah menjawab dengan mantap, “Tidak, sekali-kali tidak” adalah berdasarkan data-data panjang yang ia ketahui sebelumnya. Jawaban yang juga tidak diduga Muhammad saw. sendiri. Jawaban tegas, memancar dari aliran cintanya kepada suaminya. Kenapa tidak? Karena Khadijah yakin bahwa beliau adalah utusan Allah swt. untuk umat ini.

Khadijah segera mencarikan informasi kepada tokoh agama, Waraqah bin Naufal, atau kepada pendeta Buhaira tentang kejadian yang dialami Muhammad saw. Keduanya berkomentar, bahwa Muhammad seorang nabi akhir zaman untuk umat ini.

****

Proses nikahnya Khadijah dengan Muhammad pun unik, dimana Khadijah meminta salah seorang wanita Quraisy untuk mempengaruhi Muhammad dengan menceritakan keistimewaan dan kelebihan Khadijah. Di akhir lobi, wanita itu menawarkan kepada Muhammad, bahwa Khadijah layak menjadi Istrinya, dan Muhammad cocok menjadi suaminya.

Dengan ditemani pamannya, Abu Thalib dan paman-paman yang lain, Muhammad saw. melamar Khadijah. Sejarah sirah mencatat, bahwa Khadijah ketika itu sebagai seorang pebisnis ulung yang sangat kaya raya.

****

Kisah lain yang menguatkan bahwa Muhammad saw. seorang Rasul adalah sebagaimana diriwayatkan Imam Baihaqi dari Ibnu Ishaq, bahwa Khadijah bersanding dengan Muhamamd saw. di dalam rumahnya. Khadijah berkata, “Apakah engkau melihat Malaikat Jibril? Muhammad menjawab, “Ya”. Maka Khadijah masuk kebilik kamarnya dan bersanding dengan Muhammad seraya membuka tutup kepala dan cadar yang dipakainya. Khadijah kembali bertanya, “Apakah engkau masih melihatnya? Tidak, jawab Muhamamd saw. Khadijah berkomentar, Ia bukanlah setan, ia adalah malaikat wahai putra pamanku. Khadijah yakin dan bersaksi bahwa apa yang dibawa Muhammad saw. adalah kebenaran.

Demikian, kita melihat sikap bijak ummul mukminin, Khadijah ra. Dirinya menjadi dewasa dan matang bersamaan dengan kejadian-kejadian yang dialaminya. Khadijah menjadi mudah menyelesaikan persoalan bersamaan dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Khadijah tidak sekedar menggembirakan dan membela Muhammad saw. berdasarkan dugaan atau kamuflase belaka. Akan tetapi Khadijah mempersembahkan pembelaan dan menyenangkan hati suaminya karena berdasarkan data-data panjang yang ia hadapi selama ini.

Dengan sigap dan penuh cinta, Khadijah mendampingi suaminya menghadapi persoalan hidup. Allahu a’lam.




Note:
Sumber dari dakwatuna.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...