=> Obat Penyakit Riya' <=

Bila diketahui bahwa riya' itu dapat menggugurkan pahala amal sekaligus merusaknya dan mendatangkan kemurkaan Allah, maka harus ada usaha yang serius untuk mengenyahkannya. Mengobati penyakit riya' terdiri dari ilmu dan amal. Rasanya memang pahit, tetapi hasilnya lebih manis daripada madu.

Obat tersebut adalah :

a. Mengetahui Macam-Macam Tauhid Yang Mengandung Kebesaran Allah Ta'ala (Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah Dan Asma' Wa Shifat).

Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan serta bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa dan Yang mengatur segala sesuatu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُ‌ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
سُوۡرَةُ الاٴعرَاف :٥٤

"Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam". (QS. al-A’raaf : 54)

Tauhid Uluhiyah, artinya, mengesakan Allah l melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala apabila hal itu disyari’atkan olehNya, seperti berdoa, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (minta pertolongan), isthighatsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karenaNya. Dan tidak boleh ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah. (QS. al-Jiin : 18).

Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada syirkun akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya. (Lihat QS. an Nisaa` : 48, 116)

Tauhid Asma ‘ Wa Shifat, maksudnya adalah menetapkan apa-apa yang Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diriNya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikanNya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat di dalam al Qur`an dan as Sunnah dan tidak boleh dita’wil. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya. Dan Dia-lah Yang Maha mendengar lagi Maha melihat". (QS. asy-Syuura’: 11).

Mempelajari Tauhid Asma` wa Shifat akan membersihkan hati yang lemah. Apabila seorang hamba mengetahui bahwa Allah saja yang dapat memberikan manfaat dan mudharat, maka ia akan menghilangkan rasa takut kepada manusia. Setan memang selalu menghiasi ibadahnya di hadapan mereka dan menjadikannya takut dicela dan ingin disanjung. Demikian pula apabila ia mengetahui bahwa Allah as Sami' (Maha Mendengar) dan al Bashir (Maha Melihat), Dia mengetahui mata yang khianat yang tersembunyi di dalam dada, maka ia akan mencampakkan semua pandangan manusia. Dia akan taat kepada Allah seolah-olah ia melihatNya, Allah pasti akan melihatnya. Dengan demikian riya' ini akan lenyap dari dirinya.


b. Mengetahui Apa Yang Allah Sediakan Di Akhirat Berupa Kenikmatan Yang Abadi Dan Adzab Yang Pedih.

Allah SWT berfirman :

"Katakanlah : “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Rabb kamu itu adalah Rabb Yang Maha Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia megerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya". (QS. al Kahfi : 110).

Apabila seorang hamba memahami apa yang Allah sediakan bagi orang yang bertakwa dari surga, maka dia akan meremehkan kelezatan dunia yang sementara ini. Termasuk di dalamnya pujian dan sanjungan manusia. Dan apabila seorang hamba mengetahui apa yang Allah sediakan bagi orang yang berlaku riya’ di neraka, maka ia akan berlindung kepada Allah dan tidak takut celaan manusia. Orang yang ia perlihatkan amalnya, tidak akan mampu menolong sesuatu yang datang dari Allah pada hari Kiamat.


c. Hendaklah Takut Terhadap Perbuatan Riya’

Bila seseorang merasa takut dengan perbuatan ini, ia akan selalu berhati-hati. Bila bergejolak penyakit ingin dipuji dan disanjung, ia akan mengingatkan dirinya tentang bahaya riya' dan kemurkaan Allah yang akan ia peroleh. Hendaklah ia senantiasa mempelajari pintu masuk serta halusnya riya' , sehingga ia benar-benar selamat darinya.


d. Menjauhkan Diri Dari Celaan Dan Murka Allah.

Di antara sebab-sebab riya' adalah takut terhadap celaan manusia. Tetapi orang yang berakal akan mengetahui, bahwa takut terhadap celaan atau murka Allah adalah lebih utama. Hendaklah ia mengetahui, bahwa takut terhadap celaan Allah adalah dengan mendekatkan diri kepadaNya. Allah akan melindunginya dari manusia yang tidak dapat memberikan manfaat kepadanya.


e. Memahami Kedudukan Sebagai Hamba Allah.

Hendaklah seseorang mengetahui secara yakin, bahwa dirinya seorang hamba yang tidak berhak menuntut upah dalam beribadah kepada Allah. Dia mentauhidkan Allah karena merupakan tuntutan ibadah, sehingga ia tidak berhak menuntut hak. Adapun pahala yang ia peroleh dari Allah adalah merupakan perbuatan ihsan (baik) kepadaNya. Maka, ia hanya berharap pahala dari Allah, bukan dari manusia. Yang berhak memberikan pahala hanya Allah. Karena itu, seorang hamba wajib beribadah semata-mata karena Allah.


f. Mengetahui Hal-Hal Yang Dapat Membuat Setan Lari.

Setan adalah musuh manusia.
Dia merupakan sumber riya’, bibit dari setiap bencana. Setan selalu ada pada setiap waktu, dalam semua kehidupan manusia, dan senantiasa mengirimkan pasukannya untuk menghancurkan benteng pertahanan manusia. Dia menghasung pasukannya yang terdiri dari pasukan berkuda dan berjalan kaki. Dia selalu memberikan angan-angan, menjanjikan segala sesuatu. Namun sebenarnya apa yang dijanjikan setan, semuanya hanyalah tipuan belaka. Dia menghiasi perbuatan yang mungkar sehingga menjadi seolah-olah perbuatan baik. Hakikat ini harus diketahui oleh setiap muslim, agar ia selamat dari riya'. Dia juga harus menjaga beberapa hal yang dapat mengalahkan setan.

Ada beberapa amalan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang apabila diamalkan, maka setan akan lari. Di antaranya adalah dzikir kepada Allah dengan dzikir yang disyariatkan, membaca al Qur`an, membaca isti‘adzah (berlindung dari godaan setan yang terkutuk), membaca bismillah ketika masuk dan keluar rumah, membaca doa ketika masuk dan keluar WC, membaca doa ketika bersetubuh. Setan juga lari ketika mendengar seruan adzan, dibacakan surat al Baqarah, ayat Kursi, sujud tilawah, dibacakan surat al Falaq, an Naas dan lain-lain.


g. Menyembunyikan amal

Orang yang berbuat ikhlas akan senantiasa takut pada riya'.
Oleh karena itu ia akan bersungguh-sungguh melawan tipu daya manusia dan memalingkan padangan mereka agar tidak memperhatikan amal-amal shalihnya. Dia akan berupaya keras meyembunyikan amalnya, dengan harapan, supaya ikhlas amalnya, dan agar Allah membalas pada hari Kiamat dengan keikhlasannya. Memang pada awalnya berat, tetapi jika sabar, Allah pasti akan menolongnya.
Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang takwa, yang selalu merasa cukup dan yang merahasiakan (ibadahnya)". (HR Muslim dan al Baghawi dari Sa'ad bin Abi Waqash)


h. Tidak Peduli Dengan Celaan Dan Pujian Manusia.

Banyak orang binasa karena takut celaan manusia, senang dipuji, hingga tindak- tanduknya menuruti keridhaan manusia, mengharapkan pujian dan takut terhadap celaan mereka. Padahal yang seharusnya diperhatikan adalah, hendaknya kita bergembira dengan keutamaan dan rahmat dari Allah, bukan dengan pujian manusia.

Allah SWT berfirman :

"Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus : 58).

Demikian pula kita harus melihat orang yang mencela dan memfitnah kita. Apabila ia benar dan memang untuk menasihati kita, maka kita tidak perlu marah. Karena dia telah menunjuki aib kita dan mengingatkan kita dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Seandainya ia berbohong kepada kita dan mengada-ada terhadap kesalahan tersebut dan mencelanya, maka kita harus memikirkan tiga perkara:

1. Jika kita bersih dari kesalahan itu, maka kita tidak lepas dari aib atau kesalahan yang lain. Karena sesungguhnya manusia banyak berbuat salah dan banyak sekali aib kita yang Allah tutupi. Ingatlah nikmat Allah, karena si pencela tidak mengetahui aib yang lain dan tolaklah dengan cara yang baik.

2. Sesungguhnya membuat-buat berita untuk mencela kita dan memfitnah, semua ini adalah penghapus dosa kita, jika kita sabar dan mengharapkan pahala dari Allah.

3. Orang yang mencela dan memfitnah kita akan mendapat kemurkaan dari Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, Kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata" (QS. an-Nisaa` : 112).

Kita harus berusaha untuk memaafkannya, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala cinta kepada orang-orang yang suka memaafkan. Seorang muslim harus ingat, bahwa tidak ada artinya pujian manusia, bila hal itu menimbulkan kemurkaan Allah. Pujian mereka tidak pula membuat kaya dan berumur panjang. Begitu pula celaan mereka ketika kita meninggalkan sesuatu. Celaan mereka tidak membuat kita berada dalam bahaya dan tidak pula memendekkan umur kita, serta tidak menangguhkan rezeki. Semua manusia adalah lemah, tidak berkuasa terhadap manfaat dan mudharat dirinya, tidak berkuasa terhadap hidup dan matinya serta tempat kembalinya. Jika ia menyadari hal itu, tentu dia akan melepaskan kesenangannya pada riya'. Lalu menghadap kepada Allah dengan hatinya. Sesungguhnya orang-orang yang berakal tidak menyukai apa-apa yang berbahaya bagi dirinya dan yang sedikit manfaatnya.


i. Rasulullah SAW Mengajarkan Kepada Kita Do’a Yang Dapat Menghilangkan Syirik Besar Dan Kecil (Riya’).

Dari Abu Ali, seorang yang berasal dari Bani Kahil, berkata: Abu Musa al Asy'ari berkhutbah di hadapan kami seraya berkata: “Wahai sekalian manusia. Takutlah kalian kepada syirik ini, karena ia lebih halus daripada rayapan semut”. Kemudian Abdullah bin Hazan dan Qais bin al Mudlarib mendatangi Abu Musa seraya berkata: “Demi Allah, engkau harus menguraikan apa yang engkau katakan atau kami akan mendatangi Umar, baik kami diizinkan atau tidak,” lalu Abu Musa berkata: “Kalau begitu, aku akan menguraikan apa yang aku katakan. Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan kami seraya bersabda: ‘Wahai sekalian manusia, takutlah pada syirik ini, karena ia lebih halus daripada rayapan semut’. Kemudian orang yang dikehendaki Allah bertanya kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam : ‘Bagaimana kami bisa menghindarinya, sedangkan ia lebih halus dari rayapan semut, ya Rasulullah?’ Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,’Ucapkanlah:

"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari mempersekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampunan kepadaMu dari apa yang kami tidak ketahui".
(HR Ahmad dan ath-Thabrani)

j. Berteman Dengan Orang Ikhlas, Shalih Dan Bertakwa.

Di antara faktor yang dapat mendorong berbuat ikhlas ialah berteman dengan orang-orang yang ikhlas, agar kita dapat mengikuti jejak dan tingkah laku mereka yang baik. Dan kita harus waspada kepada orang-orang yang riya', yang akan membawa kepada kebinasaan.

Demikianlah, semoga catatan ini dan catatan-catatan sebelumnya tentang penyakit hati RIYA' ini dapat bermanfaat dan kita senantiasa terhindar dari Bahaya Laten Penyakit Hati yang sangat berbahaya ini... Amiin...

Billahi taufiq wal hidayah...

---^^^---^^^---

SUMBER:
Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun IX/1426H/2005M
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Semoga Bermanfaat...


Category:
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...